WONOSARI, (KH)— Siswa kelas XII SMA 2 Wonosari gencar mengasah kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris (speaking English). Selain sebagai pemenuhan kompetensi seperti yang tertera dalam silabus mata pelajaran (Mapel) Bahasa Inggris, hal ini dirintis demi manfaat yang lebih besar lagi.
Di sela pelaksanaan ujian praktek (Speaking Test) Guru Mapel Bahasa Inggris Drs Slamet Riyanto MPd mengatakan, Kurikulum 2013 menyebutkan bahwa kompetensi mapel Bahasa Inggris mencakup empat bidang, yakni; membaca (reading), mendengarkan (listening), menulis (writing), dan berbicara (speaking).
Namun, menurut dia, kemampuan siswa dalam hal speaking English memiliki tingkat capaian yang paling rendah. Terlebih, penilaian ujian selama ini yang dilakukan apakah sudah sesuai kompetensi anak. Kenyataannya, banyak anak yang kesulitan dalam berbicara menggunakan Bahasa Inggris.
Pada Speaking Test, siswa diajak untuk memainkan peran sebagai tokoh yang harus menyampaikan gagasannya (berpidato) mengenai masalah bertema kemiskinan, sebagai akibat dari perilaku korupsi, masalah pajak, pinjaman bank dunia, manajemen buruk, masalah pangan, kegagalan pertanian dan lainnya dengan cakupan isu internasional.
“Materi yang saya berikan memiliki tingkat kesulitan tinggi, levelnya mahasiswa, sesuai tema yang dibagi siswa mengembangkan sendiri sesuai gagasannya. Ada yang menjadi ketua KPK, Menteri keuangan, ketua yayasan, pimpinan redaksi, pejabat bank dunia, dan lainnya,” jelas Slamet, Sabtu, (13/2/2016).
Terpisah, Kepala Sekolah SMA 2 Wonosari, Drs Budhie Mulya MPd menambahkan, kegiatan ini menjadi salah satu program yang dilaksanakan agar siswa memiliki kemampuan lengkap pada mapel bahasa inggris, diantaranya mencakup speaking.
“Selain itu, gagasan ini sebagai bentuk kontribusi SMA 2 Wonosari berkaitan dengan booming wisata di Gunungkidul sebagai daerah tujuan liburan. Kita yakin suatu saat wisatawan dari luar negeri banyak yang datang, ini saatnya merintis kemampuan pelajar dalam berbahasa inggris, bahkan perlu ditingkatkan secara berkelanjutan,” paparnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, ini juga merupakan bagian dari peran institusi pendidikan dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Sepertihalnya di negara-negara tetangga, upaya penguasaan bahasa asing giat dilakukan.
“Mudah-mudahan kegiatan ini menjadi salah satu kontribusi sekolah dalam menyiapkan sumber daya mausia dalam hal kemampuan berbahasa inggris,” harap Budhie. (Kandar)