Sistem Jajar Legowo Tingkatkan Produktivitas Panenan Padi

oleh -
oleh
Panenan padi di Desa Pulutan Wonosari. Foto: Kandar.
iklan dprd
Panenan padi di Desa Pulutan Wonosari. Foto: Kandar.
Panenan padi di Desa Pulutan Wonosari. Foto: Kandar.

WONOSARI, (KH)— Pekan ini memasuki masa akhir musim panen terutama padi, jemuran gabah mewarnai hampir di setiap halaman rumah-rumah warga petani. Tinggal menyisakan beberapa petani saja yang masih beraktivitas mengusung panenan dari ladang ke rumahnya.

Beberapa petani secara sekilas juga mengevaluasi hasil gabah yang diperolehnya. Seperti halnya Sampan, salah satu petani asal Desa Pulutan sekaligus Ketua Kelompok Tani Sido Maju ini membedakan hasil panenan yang diperoleh dengan cara tanam biasa dengan sistem jajar legowo.

“Di wilayah sini sebagian masih cara tanam biasa dan sebagian sudah dengan jajar legowo. Sebenarnya, jika faktor pendukung lain dan kondisi tanaman yang sama sejak tanam hingga panen cara tanam dengan jajar legowo tetap memberikan hasil yang lebih,” ungkapnya, Selasa, (17/3/2014).

Mengenai hasil, lanjut Sampan, cara tanam jajar legowo hasilnya bisa mencapai 7,1 Kg gabah untuk setiap 2,5 meter persegi. Sedangkan cara biasa rata-rata mencapai 6,5 Kg. Atau jika dihitung jumlah bulir padi dalam satu tangkai rata-rata dapat mencapai 275 butir, sedangkan cara biasa rata-rata hanya 175 butir atau paling banyak berjumlah 200 butir.

iklan golkar idul fitri 2024

Ia memaparkan, cara tanam jajar legowo adalah pemberian sekat atau jarak pada setiap beberapa baris padi. Mengenai jumlah baris, informasi yang pernah diterimanya dari Dinas Pertanian, perbandingannya 2:1. Artinya, setiap dua baris atau larik padi diberi jarak 20 cm, pada tiap baris saat penanaman dibuat selurus mungkin dengan bantuan bentangan benang.

Pada prakteknya, kebanyakan masyarakat menerapkan perbandingan 4:1, 5:1 bahkan 6:1. Alasan kebanyakan para petani jika melihat tanahnya dengan tanaman terlalu jarang masih merasa kurang puas. “Sebenarnya semakin banyak petani yang mengakui bahwa hasilnya memang beda, tetapi kalau nampak jarang kok tidak rela,” tukasnya.

Dirinya berharap, masyarakat yang masih menanam dengan cara biasa atau konvensional mulai mempertimbangkan dan menerapkan sistem tanam ini di musim hujan tahun depan. “Mestinya semua menerapkan. Hasilnya jelas beda, memang saat penanaman agak ribet tetapi saat panen (pembabatan padi) agak mudah, hasil juga terbukti lebih banyak,” tandasnya. (Kandar).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar