PLAYEN, kabarhandayani,– Sapi Jawa lebih mendominasi pesanan dan lebih diminati sebagai hewan korban. Hal ini terlihat dari hasil pantauan KH terhadap pesanan hewan korban di Pasar Hewan Siyonoharjo dari masyarakat Gunungkidul yang berada di perantauan.
Beberapa narasumber yang ditemui KH mengungkapkan, untuk mempersiapkan hewan korbannya masyarakat Gunungkidul yang berada di luar kota lebih yakin memesan sapi maupun kambing yang berasal dari daerah mereka sendiri. Beberapa pembeli dan blantik di Pasar Hewan Siyonoharjo mengaku mendapat pesanan dari saodara maupun tetangga yang berada di kota untuk mengambil sapi dan kambing dari Gunungkidul.
Beberapa blantik yang ditemui KH sudah mulai mencari sapi dan kambing yang akan dikirimkan ke beberapa kota besar, seperti Bandung dan Jakarta. “Saya dipeseni 10 ekor sapi dan 12 kambing dari anak saya yang berada di Bandung,” kata Warijo (58), blantik asal Paliyan, Jumat (11/09/2014).
Warijo menambahkan, selain anaknya memesan 1 ekor sapi dan 2 ekor kambing, hewan yang disiapkan itu akan dipasarkan kembali oleh anaknya yang berada di Bandung. “Anak saya memanfaatkan momentum Hari Raya Korban ini juga untuk berbisnis, karena sapi yang sudah sampai di kota harganya bisa mencapai dua kali lipat dari harga di desa,” paparnya.
Untuk tahun ini Warijo lebih banyak mendapatkan pesanan sapi Jawa untuk persiapan hewan korban. Ia menambahkan, para pembeli yang berada di kota lebih cenderung berminat pada jenis sapi Jawa, karena harganya lebih murah ketimbang sapi si Metal. “Tahun ini ada 9 dari 10 sapi yang bakal saya kirim adalah sapi Jawa,” imbuhnya.
Warijo mengaku sebenarnya ia kesulitan untuk mencari sapi Jawa. Ini karena kebanyakan para petani lebih cenderung memelihara sapi jenis si Metal ataupun Brahman. Kondisi seperti ini membuat para blantik harus lebih bekerja keras untuk memenuhi pesanan. “Masyarakat lebih memilih memelihara sapi si Metal, karena harganya lebih tinggi di banding harga sapi Jawa,” kata blantik asal Dusun Trowono ini.
Warijo mengaku, ia telah mengirimkan sapi dari Gunungkidul ke kota-kota besar sejak 4 tahun yang lalu. Ia juga menceritakan bahwa harga sapi setiap tahunnya mengalami kenaikan yang sangat signifikan. “Pada tahun 2010 sapi Jawa seharga Rp 10 juta sudah besar sekali, namun sekarang untuk sapi besar harganya mencapai Rp 15 juta bahkan bisa lebih,” tandasnya. (Atmaja/Jjw).
Beberapa narasumber yang ditemui KH mengungkapkan, untuk mempersiapkan hewan korbannya masyarakat Gunungkidul yang berada di luar kota lebih yakin memesan sapi maupun kambing yang berasal dari daerah mereka sendiri. Beberapa pembeli dan blantik di Pasar Hewan Siyonoharjo mengaku mendapat pesanan dari saodara maupun tetangga yang berada di kota untuk mengambil sapi dan kambing dari Gunungkidul.
Beberapa blantik yang ditemui KH sudah mulai mencari sapi dan kambing yang akan dikirimkan ke beberapa kota besar, seperti Bandung dan Jakarta. “Saya dipeseni 10 ekor sapi dan 12 kambing dari anak saya yang berada di Bandung,” kata Warijo (58), blantik asal Paliyan, Jumat (11/09/2014).
Warijo menambahkan, selain anaknya memesan 1 ekor sapi dan 2 ekor kambing, hewan yang disiapkan itu akan dipasarkan kembali oleh anaknya yang berada di Bandung. “Anak saya memanfaatkan momentum Hari Raya Korban ini juga untuk berbisnis, karena sapi yang sudah sampai di kota harganya bisa mencapai dua kali lipat dari harga di desa,” paparnya.
Untuk tahun ini Warijo lebih banyak mendapatkan pesanan sapi Jawa untuk persiapan hewan korban. Ia menambahkan, para pembeli yang berada di kota lebih cenderung berminat pada jenis sapi Jawa, karena harganya lebih murah ketimbang sapi si Metal. “Tahun ini ada 9 dari 10 sapi yang bakal saya kirim adalah sapi Jawa,” imbuhnya.
Warijo mengaku sebenarnya ia kesulitan untuk mencari sapi Jawa. Ini karena kebanyakan para petani lebih cenderung memelihara sapi jenis si Metal ataupun Brahman. Kondisi seperti ini membuat para blantik harus lebih bekerja keras untuk memenuhi pesanan. “Masyarakat lebih memilih memelihara sapi si Metal, karena harganya lebih tinggi di banding harga sapi Jawa,” kata blantik asal Dusun Trowono ini.
Warijo mengaku, ia telah mengirimkan sapi dari Gunungkidul ke kota-kota besar sejak 4 tahun yang lalu. Ia juga menceritakan bahwa harga sapi setiap tahunnya mengalami kenaikan yang sangat signifikan. “Pada tahun 2010 sapi Jawa seharga Rp 10 juta sudah besar sekali, namun sekarang untuk sapi besar harganya mencapai Rp 15 juta bahkan bisa lebih,” tandasnya. (Atmaja/Jjw).