Sentra Risban Murah Nglipar, Bertahan Sejak Era Alat Manual Hingga Serba Elektrik

oleh -535 Dilihat
oleh
Nglipar
Pengrajin mebelair jenis Risban di Pengkol, Nglipar, Gunungkidul. (KH/ Kandar)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Pernah melihat penjaja mebelair Risban atau kursi panjang berkeliling? Kebanyakan, produk tersebut berasal dari sentra pengrajin asal Nglipar, Gunungkidul.

Produk Risban telah dibuat setidaknya selama 7 tahun terakhir. Sentra mebelair ini dibuat oleh pengrajin di Padukuhan Gebang, Kalurahan Pengkol.

Sebelum membuat produk jenis Risban, mulanya pengrajin membuat dipan. Dipan rutin dibuat selama lebih dari 10 tahunan. Lantas sebagian beralih ke produk meja. Produk meja bertahan selama sekitar 5 tahunan. Saat ini tren produk kemudian berganti Risban. Hingga saat ini masih laris dan bertahan.

Salah satu pengrajin, Heri Griwing (37) mengatakan, perintis usaha mebelair di tempatnya tinggal dimulai oleh pendahulu sejak puluhan tahun silam.  Sudah cukup lama.

“Dulu para penjual dipan masih keliling dengan dipanggul. Saat ini masih ada namun berkurang,” ujar dia, Selasa (31/1/2023).

Dia menyebut, pengrajin zaman dahulu masih menggunakan peralatan manual. Banyak jenis peralatan mebelair yang telah ditinggalkan. Beragam jenis perlatan manual tersebut cukup lama membersamai pengrajin menelurkan produk-produk mebelair.

“Gergaji belah masih dioperasikan dua orang, ada juga pasah manual, tlisut, bor tangan dan lain-lain,” ungkapnya.

Seiring kemajuan teknologi, para pengrajin pun mengganti sarana alat bantu penghasil produk mebelair. Mulai dari gergaji rakitan berpenggerak mesin pompa air, mesin pasah, dan bor listrik.

Dengan alat bantu serba elektrik, pengrajin makin dimudahkan. Namun konsekuensinya, konsumsi tagihan listrik lebih tinggi.

Dia menjelaskan, pengrajin menjalankan bisnis tersebut sebagai usaha sampingan. Adapun yang pokok, umumnya tetap mengandalkan usaha pertanian.

Mebelair
Risban murah produksi sentra mebelair di Nglipar. (KH/ Kandar)

“Hasilnya buat memenuhi kebutuhan sekunder. Sebagian besar tak dijadikan usaha utama,” tutur Heri.

Melalui usaha pembuatan mebelair ini, kebutuhan nyumbang, beli perabot rumah tangga, biaya sekolah anak, biaya kesehatan dan lain-lain dapat terbantu.

Usaha kerajinan mebelair di kawasan Pengkol eksis sejak lama dan bertahan turun-temurun. Seperti yang dialami Heri. Mulanya, orang tua Heri lebih dulu terjun. Kini, dirinya pun ikut menggeluti.

Bersama orang tuanya, dia mampu menghasilkan 30-an unit Risban tiap bulan. Produk bikinannya terserap oleh pengecer atau konsumen langsung yang diantaranya telah berlangganan.

Risban acap kali dipakai sebagai tempat duduk di teras rumah. Adakalanya pedagang mi ayam dan bakso serta warung makan juga memesan Risban ke sentra mebelair di lingkungan Heri.

Bahan kayu yang digunakan Heri terdiri dari dua jenis, yakni kayu Akasia dan Mahoni. Bahan tersebut tentu berpengaruh pada kualitas dan harga jualnya.

“Bahan kayu Mahoni lebih murah, jika Risban diambil ke sini harganya cukup Rp125 ribu per unit. Sementara yang bahan akasia Rp250 ribu per unit. Harga jelas beda dengan yang dijual keliling oleh pengecer, sebab mereka butuh operasional dan tentu mencari sedikit untung,” beber Heri.

Ada pula warga setempat yang mengambil peran dalam pemasaran sebagai pengecer dalam jumlah besar. Pengecer tersebut biasanya menggunakan kendaraan bak terbuka dan menjajakan Risban di luar kabupaten. Seperti di Wonogiri dan Pacitan. Apabila ingin memesan produk Risban buatan Heri dapat menghubungi 0856-0286-6250. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar