Belik Buatan Permudah Warga Gagan Peroleh Air

oleh -1852 Dilihat
oleh
air
Sukiana mengecek ketersediaan air di belik buatan. (KH)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Warga Padukuhan Gagan, Pengkol, Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta kini tak lagi kesulitan mengakses air. Belik buatan atau tandon air yang dibuat berhasil memudahkan mereka memenuhi kebutuhan air.

Warga di wilayah yang berada di lereng karst ini semula kesulitan air saat musim kemarau. Mereka mengandalkan air tangki dari penjual air swasta hingga menunggu datangnya bantuan pemerintah.

Sukina dan warga setempat lantas mengusahakan agar air dapat diakses dengan mudah. Caranya, mereka membuat tadon air atau belik.

Di wilayah setempat terdapat sungai kecil yang airnya lumayan awet. Aliran sungai kecil itu yang kemudian airnya ditampung. Selain dari aliran air sungai kecil tersebut, dibuat pula sumur bor di dekat tandon air.

“Tandon ini juga menampung air dari sumber air lain yang debitnya kecil. Pembuatan tandon sengaja tak berada di ketinggian, sehingga mengalirkan airnya cukup dengan gaya gravitas,” kata inisiator pembuatan belik, Sukiana belum lama ini.

Dia merupakan warga setempat. Bersama beberapa tokoh warga Sukiana punya keresahan yang sama, yakni menginginkan agar air tersedia sepanjang waktu. Gayung bersambut. Setelah mendapat dampingan dan bantuan dari Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, niat baik mendapat jalan yang mudah.

Persoalannya, aliran air dari sungai kecil yang melintas di Padukahan setempat tak senantiasa ada. Sehingga dibuatlah sumur bor yang menjadi sumber air tambahan. Air dari sumur bor ini kemudian turut ditampung di bak penampungan.

“Tandon sumber (belik) adalah semacam bungker, dengan kapasitas yang mampu untuk mengumpulkan dari beberapa mata air kecil lewat peralon di tiga atau empat titik,” jelas Sukiana.

Pengumpulan air dari beberapa titik memanfaatkan gaya gravitasi. Air akan mengalir dengan sendirinya ke belik, sehingga meminimalisir penggunaan daya tambahan seperti energi listrik.

Namun, sambungnya, tidak menutup kemungkinan untuk pemanfaatan airnya, kelak akan dipasang pompa. Sehingga air yang sudah terkumpul di belik bisa mengalir ke wilayah-wilayah pemukiman atau rumah warga.

“Warga bisa datang langsung ke tandon sumber (belik). Bisa juga ditarik menggunakan meteran air masing-masing,” kata Sukiana lagi.

Dia dan warga lain merasakan, kondisi saat ini jauh lebih baik daripada empat tahun lalu. Dahulu warga hanya mengandalkan bantuan dropping air dari pemerintah setempat ketika kekeringan melanda. Sebagian yang lain terpaksa membeli air.

Setelahnya, warga Dusun Gagan bersama DMC Dompet Dhuafa melakukan program konservasi dan kelestarian sumber air.

“Bersama dampingan DMC Dompet Dhuafa, kami punya program menjaga kelestarian mata air. Sudah mulai konservasi penanaman beberapa jenis tanaman yang bisa menyimpan air di beberapa tempat. Yang kami tanam seperti Pohom Gayam, Nyamplung, Sukun dan lainnya,” tukas Sukiana. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar