Ketua Panitia Sedekah Labuh, Kurniawan Joko menyampaikan, tradisi Labuh merupakan simbol permohonan masyarakat Dusun Tahunan pada khususnya dan Masyarkat Desa Karangduwet pada umumnya kepada Tuhan sebelum kegiatan bercocok tanam dilakukan.
“Permohonan agar nanti benih-benih milik petani yang ditanam tumbuh subur berhasil hingga panen,” kata Kurniawan. Warga membuat satu Gunungan yang ikut diarak dalam pawai. Gunungan berbahan aneka hasil bumi termasuk ubi-ubian. Di tengah Gunungan diisi benih khusus untuk ditanam pada lahan yang disiapkan sebagai tanda awal mula musim tanam.
Menurutnya, prosesi Sedekah Labuh tahun ini merupakan agenda terbesar dibanding pelaksanaan tahun sebelumnya. “Salah satu tujuannya agar generasi muda tahu prosesi atau ritual sebelum menanam yang dijalankan nenek moyang,” Harap Kurniawan.
Sementara itu, Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi usai melepas keberangkatan peserta pawai mengungkapkan, aneka warna kegiatan masyarakat merupakan simbol yang menguatkan dan memotivasi petani yang diselenggarakan penuh kebersamaan serta dalam suasana penuh kegembiraan.
“Aneka ritual bertujuan mengkonsolidasikan seluruh potensi masyarakat dalam usaha kesejahteraan bersama melalui pertanian,” jelas Immawan.
Nilai lain, sambungnya, guyub-rukun merupakan nilai sosial yang pasif dan dinamis. Pasif artinya nilai-nilai normatif yang sudah berlaku dan diselenggarakan bersama-sama. Adapun nilai sosial yang dinamis berfungsi untuk menjaga atau antisipasi berbagai hal, kemudian menghadapi persoalan tersebut secara bersama-sama.
Aktualisasi kirab rasul, Immawan meminta untuk tidak dimaknai sebagai tradisi masa lalu, tetapi disesuaikan penggunaannya dimasa sekarang oleh masyarakat sesuai skala prioritas.
Pihaknya juga meminta Kades dan Kadus memegang data problematika atau masalah masa lalu hingga saat ini kemudian bersama masyarakat berupaya mengapai solusinya secara bersama-sama.