WONOSARI, (KH)–Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Gunungkidul tidak dapat mendiagnosis dengan pasti penyebab empat sapi mati misterius, di Dusun Singkar II, Desa Wareng, Kecamatan Wonosari. Pihaknya hanya bisa menduga, kematian sapi disebabkan oleh sengatan hewan berbisa, keracunan atau sengaja diracun.
Pasalnya, saat petugas Disnak dan laboratorium tiba ke kediaman warga, sapi-sapi tadi sudah tidak ada lagi, bahkan tim tidak menjumpai bangkai sapi-sapi mati tadi. Hal itu diungkapkan Kepala Disnak Kabupaten Gunungkidul, Krisna Berlian, Senin (14/12).
Krisna menjelaskan, Ia dan tim laboratorium Kesehatan Hewan (Keswan) sudah menuju ke kediaman warga yang memiliki sapi tersebut, untuk menindaklanjutinya. Meski demikian, sampai di lokasi, pihaknya tidak mendapatkan bangkai sapi yang dibutuhkan untuk dicek dan analisis di laboratorium. Bahkan, darah bekas sembelih sapi, sudah mengering, dan tidak dapat digunakan menjadi sampel. Pada akhirnya, kedatangan tim ke sana hanya dapat menerima keterangan lisan dari pemilik sapi.
“Dari keterangan lisan, dikatakan pada sore hari ternak masih sehat, dan makan dengan lahap, tapi pagi harinya mati. Kami curiga, sapi disengat binatang berbisa, sehingga keracunan, atau sengaja diracun oleh oknum tertentu,” ujarnya.
Namun sekali lagi Krisna tidak dapat memastikan penyebab kematian sapi, karena belum dapat melakukan pengecekan laboratorium. Ia menuturkan, ketika terjadi kematian hewan ternak secara mendadak, warga sekitar seharusnya tidak menyingkirkan bangkai hewan tersebut. Agar ketika petugas dari Disnak datang, bisa langsung menggunakan bangkai hewan tersebut sebagai dasar uji lab.
Langkah lain yang kemudian diambil Disnak yaitu, meminta jajaran Unit Pelaksana Teknis Disnak Kabupaten Gunungkidul melakukan sosialisasi penyakit anthrax kepada masyarakat. Materi yang diberikan antara lain, agar masyarakat tidak menyembelih hewan yang mati karena anthrax. Karena darah hewan tersebut apabila jatuh dan mengering di atas tanah justru dapat membentuk diaspora yang akan menyebar, dan membuat anthrax semakin sulit diantisipasi.
“Kami juga menghimbau agar warga tidak mengonsumsi daging hewan yang mati karena keracunan, karena memberikan resiko buruk pada tubuh. Di samping itu, mengenai kematian sapi-sapi tanpa penyebab yang jelas ini, kami minta jangan mengambil kesimpulan begitu saja tanpa uji lab,” terangnya.
Sementara itu Agus Tri Nugroho, kerabat Lugiyo, pemilik sapi yang mati misterius mengungkapkan bahwa Lugiyo langsung menyembelih bangkai sapi yang mati. Awalnya, sapi tersebut sempat direncanakan akan dijual. Namun, rencana itu urung dilakukan, pemilik sapi kemudian mengubur bangkai sapi tersebut.
Agus mengatakan, sapi yang mendadak mati itu membuat warga sekitar khawatir. Sebab sampai saat ini warga sama sekali juga belum mengetahui penyebab pasti sejumlah sapi milik warganya yang mendadak mati. Warga juga sempat bersiaga, khawatir ada warga lain yang sapi ternaknya juga bernasib serupa.
“Sempat curiga, sepertinya sapi-sapi ini ada yang meracuni, agar ketika dijual harganya murah,” duga Agus. (Maria Dwi Anjani)