BAPPEDA-LIPI: Silase, Solusi Cadangan Pakan Ternak Gunungkidul Saat Musim Kemarau

oleh -
Uji coba pembuatan Silase kerjasama penelitian BAPPRDA-LIPI. (dok. BAPPEDA)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Gunungkidul terkenal dengan produk ternak yang berkualitas, baik jenis Sapi ataupun Kambing. Hampir di setiap rumah tangga petani di Gunungkidul memiliki peliharaan hewan ternak ini.

hewan ternak tersebut memiliki banyak fungsional, di samping untuk tabungan, kotoran hewan juga berfungsi untuk pupuk pertanian. Kendala utama yang di hadapi peternak Gunungkidul sejak dulu adalah soal pakan hijauan ternak, terutama di musim kemarau.

Saat ini memang Gunungkidul baru memasuki musim penghujan. Hijauan pakan ternak untuk saat ini bukan menjadi persoalan yang berarti. Berbagai jenis rumput hijauan seperti Kalanjana, Odot, ataupun rumput alam banyak tumbuh subu. Belum nanti ketika petani mulai memanen Jagung, tebon Jagung adalah makanan favorit hewan ternak.

Setelah tebon Jagung, andalan selanjutnya yakni Jerami atau Damen Padi. Usai panen Padi, stok jerami ini akan membludak. Sehingga para petani biasanya menyimpan Jerami dalam bentuk kering. Prosesnya sebelum disimpan dilakukan secara manual, yaitu sekedar di jemur saja.

Jika curah hujan tinggi intensitas penjemuran kurang, Jerami ini banyak yang terbuang sia-sia karena membusuk. Sebab tidak sedikit petani yang enggan mengurus secara optimal keberadaan Jerami ini. Bahkan tidak jarang hanya dibiarkan menumpuk begitu saja.

Pemandangan berbeda ketika musim kemarau tiba, lahan lahan pertanian utamanya yang hanya tadah hujan mulai tampak mengering, petani Gunungkidul mulai kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan ternak mereka. Di pinggir pinggir jalan mulai gayeng depo depo darurat yang menyediakan hijauan pakan ternak terutama tebon Jagung. Hijauan ini di datangkan dari luar daerah Gunungkidul dengan harga yang lumayan mahal.

Depo-depo penjual hijauan pakan ternak di musim kemarau akan menjadi sebuah bisnis yang lumayan ramai. Karena bagi peternak Gunungkidul, apapun usaha akan ditempuh untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak mereka, termasuk dengan cara membeli.

Proses pembuatan silase. (dok BAPPEDA)

Ada seloroh yang mengatakan bahwa di Gunungkidul itu biasa ketika “Sapi mangan pedet, atau sapi mangan wedhus“, artinya, petani Gunungkidul rela menjual Pedet atau Kambingnya untuk biaya membeli pakan untuk sapi-sapinya.

Rutinitas kondisi sulit dan beratnya pemenuhan pakan ternak saat kemarau sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala Bidang Litbang dan Pengendalian BAPPEDA  Kabupaten Gunungkidul, Rismiyadi Sp. M. Si, diantaranya karena petani atau peternak Gunungkidul belum terbiasa mengolah pakan awetan saat persediaan hijauan maupun limbah hasil pertanian tersedia melimpah. Petani belum mengoptimalkan keberadaan jerami padi, tebon, daun kacang tanah atau rendeng, klobot dan tongkol jagung, titen kedelai dan lain-lain.

“Sebagai gudangnya ternak kita perlu upaya peningkatan populasi melalui strategi pengembangan yang sinergis. Salah satunya adalah dengan penyediaan teknologi tepat guna untuk membuat pakan olahan/awetan,” kata dia, Rabu (18/11/2020).

Lanjut Rismiyadi, memang ditemui beberapa kendala dalam penyediaan hijauan pakan ternak secara berkesinambungan. Beberapa kendala meliputi karateristik Sumber Daya Manusia (SDM), ketersediaan air dan keterbatasan lahan.

“Untuk itu diperlukan upaya yang strategis  dengan memanfaatkan teknologi tepat guna. Alternatifnya dengan teknologi pengawetan pakan ternak yang dikenal dengan teknik Silase,” lanjut Rismiyadi

Sebagai upaya solusi persoalan di atas, saat ini BAPPEDA melalui kerjasama penelitian dengan BPTBA LIPI Yogyakarta telah menghasilkan pemetaan potensi bahan pakan dan aplikasi teknologi pengawetan hijauan.

“Hasil penelitian ini ke depan diharapkan menjadi acuan berbagai pihak yang berkepentingan, baik Dinas maupun masyarakat,” Harap Rismiyadi.

Silase yang berhasil dibuat dan siap diberikan ke ternak. (dok. BAPPEDA)

Berdasar kajian yang telah dilakukan, Rismiyadi ungkapkan, Pemerintah Kabupaten akan mendorong dan mengajak  Pemerintah Desa, Masyarakat dan kelompok tani untuk menginisiasi  ‘Gerakan Menabung Hijauan’ saat musim hujan dan mengolahnya menjadi Silase sebagai  cadangan pakan saat musim kemarau.

Ketika usaha tersebut berhasil, diharapkan nanti di setiap desa dapat berdiri Stasiun Pakan Ternak berbasis kelompok tani. Sehingga ketersediaan cadangan pakan ternak lebih terjamin dan dapat dikelola secara bersama-sama dengan mengedepankan semangat gotong royong. Untuk memperkuat Program ketersediaan pakan silase isi ulang tersebut, Pemerintah Gunungkidul telah menerbitkan SE Bupati Nomor : 520/6986 tertanggal 26 desember 2019  tentang Stasiun Pakan Isi Ulang Silase Mendukung Ketahanan Pakan Ternak di kabupaten Gunungkidul.

“Upaya selanjutnya adalah mendorong ketersediaan pakan silase di pasar-pasar atau toko-toko pertanian di Kabupaten Gunungkidul sehingga peternak secara umum dapat memperolehnya secara mudah dan murah serta selalu tersedia stocknya. Diharapkan Silase atau pakan awetan ini dapat mendampingi konsumsi konsentrat, mengurangi pembelian pakan hijauan ternak dan otomatis biaya pakan yang harus dikeluarkan peternak Gunungkidul di musim kemarau akan bisa di minimalisir,” papar Rismiyadi.

Dengan adanya gerakan menabung hijauan pakan serta ketersediaan silase isi ulang di kelompok tani tersebut pihaknya berharap dapat mempertahankan predikat Kabupaten Gunungkidul sebagai penghasil ternak  unggul dan berkualitas. (*)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar