Ruwatan di Sumberjo, Warga Berharap Petaka Pulung Gantung Pergi

oleh -10324 Dilihat
oleh
Ki sedang menggelar ruwatan di Padukuhan Sumberjo Kajar II Karangtengah. KH/Sarwo.
Ki sedang menggelar ruwatan di Padukuhan Sumberjo Kajar II Karangtengah. KH/Sarwo.
Ki Simun Cermojoyo sedang menggelar ruwatan di Padukuhan Sumberjo Kajar II Karangtengah. KH/Sarwo.

WONOSARI, (KH) — Warga tiga padukuhan, meliputi Padukuhan Sumberjo Kajar II Desa Karangtengah, Padukuhan Ngelorejo Desa Gari dan Padukuhan Ngemplek Desa Piyaman pada Minggu (14/06) secara bersama-sama menggelar Wayang Kulit Ruwatan di lapangan Sumberjo, dengan dalang Ki Simun Cermojoyo (75) dari Ngleri Playen Gunungkidul.

Menurut Ketua Panitia Ruwatan, Pursayadi didampingi Dukuh Sumberjo Kajar II Karangtengah Heriyono, dilaksanakannya pentas wayang ruwatan memenuhi permintaan warga, untuk keselamatan dan ketenteraman. Dimana setelah ada 2 korban gantung diri, yang terjadi hanya beberapa hari dari korban pertama ke korban kedua.

Penuturan warga setempat, mereka merasa resah, arwah korban gantung diri masih gentayangan sering menemui warga, dan warga yang ketemu koban menjadi ketakutan, sampai opname di rumah sakit. Selain itu juga sering terjadi kecelakaan lalu-lintas, maka warga sepakat untuk menggelar Wayang Kulit Ruwatan. Beaya untuk Ruwatan dipikul warga tiga padukuhan di tiga desa.

Ki Simun Cermojoyo dalam menggelar Wayang Kulit Ruwatan, sangat menarik dengan adegan Betara Kala yang sedang mencari mangsa. Orang sukerta digambarkan gedana-gedini (anak dua putra-putri). Gedana-gedini dalam pewayangan bernama Wulandarmo-Wulandami. Ketika dikejar Wulandarmo-Wulandarmi masuk ke rumah kampung yang baru saja dibangun. Betara Kala sangat senang bakal mendapatkan makanan 2 manusia, tetapi calon korbannya dapat meloloskan diri lewat tutup keyong.

Orang yang bangun rumah tidak menutup di bagian atas, dikategorikan orang sukerto menjadi mangsa Betara Kala. Kemudian betara kala juga menganggap orang yang sedang menanak nasi, dandangnya ngglempang, menjadi orang sukerta. Untuk menghindari jadi mangsanya Betara Kala, harus melakukan tradisi ngubengi omah telanjang bulat 7 putaran. Masih banyak yang dikisahkan dalam pewayangan tersebut.

Betara Kala akhirnya ditundukan oleh Ki Dalang Ruwat dengan memenuhi 64 persaratan untuk membuat dusun menjadi aman, tenteram. Pulung gantung tidak terjadi lagi di padukuhan Sumberjo Kajar II Karangtengah dan padukuhan sekitarnya.

Nampak menunggui pentas Wayang Ruwatan Ketua DPRD Gunungkidul Suharno, dan tokoh masyarakat di tiga padukuhan.”Semoga dengan ruwatan, padukuhan Sumberjo Kajar II dan sekitarnya aman dan tentram.” kata Suharno. (Sarwo)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar