Puluhan Tahun Lestarikan Kenduri Keliling

oleh -737 Dilihat
oleh

PALIYAN, kabarhandayani.– Tradisi yang masih terus dijaga dari zaman nenek moyang oleh warga Desa Giring Paliyan adalah tradisi kenduri keliling rumah yang dilakukan setiap H-1 menjelang lebaran.
Setelah hampir satu bulan lamanya masyarakat Desa Giring melakukan ibadah puasa, menjelang satu hari sebelum Lebaran masyarakat Desa Giring mengadakan tradisi kenduri keliling. Tradisi ini sudah berlangsung selama kurang lebih 60 tahun, dan setiap generasi melanjutkan tradisi tersebut.
Masyarakat terlihat sibuk sejak pagi hari karena mereka masing-masing menyiapkan berkat untuk tradisi kenduri keliling. Mereka melakukan tradisi ini dengan mengunjungi rumah ke rumah yang dipimpin oleh seorang Kaum (Modin atau pemimpin doa).
Adalah Mbah Warso Rejo (63) Kaum dari Padukuhan Giring memimpin acara tersebut lewat doa dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Tradisi ini bertujuan untuk ucapan syukur menjelang Lebaran serta bentuk penghormatan bagi nenek moyang kita,” katanya Minggu (27/07/14).
Kepada KH, Mbah Warso panggilannya, mengatakan selain acara kenduri selikuran warga Desa Giring tetap melestarikan budaya seperti tradisi kenduri keliling yang dilakukan saat ini. “Meski zaman sudah berubah namun warga Desa Giring tetap nguri-uri (melestarikan) kebudayaan dan tradisi yang sudah berjalan puluhan tahun,” jelasnya.
Mbah Warso menjelaskan ada beberapa makna yang terkandung di dalam tradisi tersebut seperti sego kuning yang bermakna ucapan syukur karena telah diberikan kekayaan berupa perhiasan. “Jadi bagi masyarakat yang mempunyai perhiasan atau emas, mereka membuatnya dengan tujuan mengucap syukur atas perhiasan yang dimilikinya,” jelasnya.
Selain sego kuning juga terdapat pula ambengan yang bermakna ucapan syukur atas keselamatan untuk keluarga, bancakan yang diartikan sebagai ucapan syukur atas perlindungan untuk semua baik keluarga maupun hewan yang dimilikinya.”Kemudian tumpeng alus di artikan sebagai Sri Semoro Bumi yang merupakan cikal bakal Desa Giring maksudnya agar apa yang menjadi cita-cita warga Desa Giring bisa tercapai,” jelasnya
Perantau yang pulang ke kampung halaman pun antusias mengikuti tradisi tersebut, menurut mereka tradisi yang ada harus tetap dilestarikan oleh generasi berikutnya dan tidak boleh dilupakan. Seperti Tumilan pemudik asal Batam Kepulauan Riau mengatakan kepada generasi berikutnya agar selalu mengingat dan melestarikan tradisi.
“Tradisi itu tidak bertentangan dengan agama karena tradisi merupakan bentuk rasa hormat dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, jangan sekali-kali menghapus sejarah dan menghilangkan tradisi di Desa Giring,” pungkasnya. (Atmaja/Hfs)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar