Produk Hanger Kayu Asal Playen Rambah Pasar Luar Negeri

oleh -12012 Dilihat
oleh
Proses pembuatan hanger, Foto: KH/ Edo
Proses pembuatan hanger, Foto: KH/ Edo
Proses pembuatan hanger di sentra industri kayu Kardiyono, Banaran Playen. KH/ Edo

PLAYEN, (KH)— Mencoba sesuatu hal baru yang tak terpikirkan oleh kebanyakan orang. Hal ini memang membutuhkan keberanian, diikuti keyakinan untuk menekuni sebuah wirausaha serta diperlukan kegigihan dan keuletan untuk bertahan menjalani proses agar kemudian membuahkan hasil.

Seperti apa yang dilakukan Kardiyono dan Nuri warga Padukuhan Banaran VII Rt 36 Rw 7, Desa Banaran, Kecamatan Playen ini. Mereka memproduksi hanger kayu. Saat ini pencapaian usaha dan pemasaran produknya telah merambah hingga mancanegara, seperti Australia.

Berlatar pendidikan sama, yakni lulusan SMK keduanya mendirikan usaha pembuatan hanger kayu. Awal proses pembuatan dianggapnya masa belajar. Mereka secara otodidak membuat hanger-hanger tersebut, baru kemudian dalam kurun waktu satu tahun diperoleh hasil produk dengan kualitas yang bagus.

Terbukti, produknya laku dan merambah luar negeri. Kardiyono dan Nuri memanfaatkan kayu lokal sebagai bahan baku, di antaranya: kayu mahoni, kayu jati, kayu akasia dan kayu pinus. Upaya pemasaran juga ditempuh secara online atau internet marketing dengan memanfaatkan sosial media.

Tanggapan cukup baik, Hotel Universal asal Bandung langsung memesan sebanyak 500 hanger. Untuk melayani peningkatan pesanan mereka menambah satu karyawan lagi, juga ada karyawan yang sifatnya freelance manakala pesanan banyak.

“Kita juga bekerja sama dengan Ikatan Keluarga Gunungkidul (IKG) dalam hal pemasaran,” ucap Kardiyono yang akrab dipanggil Dion ini, Minggu, (10/1/2016).

Salah satu keinginan, lanjut Dion, mereka berharap kayu lokal memiliki nilai jual yang tinggi serta mampu bersaing dengan produk yang ada di pasaran. Dalam sehari produksi hanger dapat mencapai 6 hingga 10 lusin, menyesuaikan pesanan.

“Tiap lusin harganya Rp. 96.000,-. Kendala sekarang ada pada peralatan yang masih kurang lengkap, masih membutuhkan sekitar 5 alat mesin lagi agar produksinya bisa maksimal,” tambah Dion.

Tiap kali ada pesanan, omset yang diperoleh bervariasi, mulai Rp. 6 juta bahkan sampai Rp. 10 juta jika pesanan sedang tinggi. Mereka mengaku, mendapat kendala dalam pengurusan perijinan usaha. Meski begitu mereka berharap usahanya berkembang lebih besar sehingga dapat melibatkan lebih banyak lagi masyarakat sekitar untuk ikut bekerja. (Edo)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar