PLAYEN, kabarhandayani.– Awalnya hanya iseng mengambil tunas pisang yang hanyut ketika air sungai di dekat ladangnya meluap. Ia pun tidak tahu jenis pohon pisang yang kemudian ditanamnya itu. Sekitar 1,5 tahun yang lalu ditanam di pekarangan rumahnya, hingga sekarang menjadi satu rumpun dengan jumlah 8 hingga 10 pohon beserta tunasnya hidup.
Ngadiyo, seorang petani asal Padukuhan Toboyo, Desa Plembutan, Kecamatan Playen merupakan pemilik pisang yang menurutnya langka tersebut, Ia mengungkapkan bahwa belum pernah mendengar ada pisang jenis tersebut di wilayahnya, “Sepertinya terbawa arus dari jauh, tidak pernah dengar ada yang punya,” ungkapnya Kamis, 24/7/2014.
Pisang ini memiliki panjang tandan buah hampir menyamai panjang batang pohonnya, jika musim hujan datang pohonnya bisa mencapai lebih dari 2 meter, namun karena saat ini musim kemarau, sehingga agak lebih pendek dari biasanya.
“Sudah empat kali berbuah, waktu musim hujan batang lebih tinggi, harus pakai kursi kalau memetik buahnya,” tambahnya. Dijelaskan pula, karena tidak kuat batangnya menopang buah yang berat, maka dipasang penyangga agar pohon tidak ambruk.
Ngadiyo menuturkan, jika buahnya masak, dimulai dari atas lalu ke bawah, sehingga cara memetiknya pun juga demikian, tidak dipotong sekaligus satu tandan. Buahnya tidak bisa masak dalam waktu yang bersamaan, “Separoh lebih yang bisa matang, sisanya yang bawah hanya kecil-kecil,” tuturnya.
Tidak seperti buah pisang lainnya. Pada pisang jenis Seribu Jari atau Raja Sewu ini jarak antar buah sangat rapat, banyak warga sekitar yang bilang rasanya manis seperti jenis pisang emas, Ngadiyo mempersilahkan kepada tetangga yang ingin menikmati pisangnya. Pohonnya terletak persis di depan rumah.
Ada diantara warga sekitar selain meminta buah yang masak juga meminta tunasnya untuk ditanam di pekarangan rumahnya. Selain unik pisang tersebut dapat dijadikan penghias pekarangan. (Kandar/Hfs)
Ngadiyo, seorang petani asal Padukuhan Toboyo, Desa Plembutan, Kecamatan Playen merupakan pemilik pisang yang menurutnya langka tersebut, Ia mengungkapkan bahwa belum pernah mendengar ada pisang jenis tersebut di wilayahnya, “Sepertinya terbawa arus dari jauh, tidak pernah dengar ada yang punya,” ungkapnya Kamis, 24/7/2014.
Pisang ini memiliki panjang tandan buah hampir menyamai panjang batang pohonnya, jika musim hujan datang pohonnya bisa mencapai lebih dari 2 meter, namun karena saat ini musim kemarau, sehingga agak lebih pendek dari biasanya.
“Sudah empat kali berbuah, waktu musim hujan batang lebih tinggi, harus pakai kursi kalau memetik buahnya,” tambahnya. Dijelaskan pula, karena tidak kuat batangnya menopang buah yang berat, maka dipasang penyangga agar pohon tidak ambruk.
Ngadiyo menuturkan, jika buahnya masak, dimulai dari atas lalu ke bawah, sehingga cara memetiknya pun juga demikian, tidak dipotong sekaligus satu tandan. Buahnya tidak bisa masak dalam waktu yang bersamaan, “Separoh lebih yang bisa matang, sisanya yang bawah hanya kecil-kecil,” tuturnya.
Tidak seperti buah pisang lainnya. Pada pisang jenis Seribu Jari atau Raja Sewu ini jarak antar buah sangat rapat, banyak warga sekitar yang bilang rasanya manis seperti jenis pisang emas, Ngadiyo mempersilahkan kepada tetangga yang ingin menikmati pisangnya. Pohonnya terletak persis di depan rumah.
Ada diantara warga sekitar selain meminta buah yang masak juga meminta tunasnya untuk ditanam di pekarangan rumahnya. Selain unik pisang tersebut dapat dijadikan penghias pekarangan. (Kandar/Hfs)