Pesawat Bikinan Mbah Wiryono Laku Keras

oleh -
oleh
iklan dprd

WONOSARI, kabarhandayani,– Membanjirnya mainan anak-anak produk China di berbagai penjuru tak menggoyahkan semangat Mbah Wiryono (81) tetap memproduksi mainan produk lokal. Wiryono, warga yang tergolong sudah sepuh dari Desa Selang Wonosari. Sabtu sore (6/9/14) dijumpai KH sedang menjual pesawat udara bikinannya di arena FKY di eks Terminal Baleharjo Wonosari.
Pekerjaan Wiryono sebagai pembuat mainan anak dari barang-barang bekas telah dilakoninya sejak tahun 1965. Sudah berbagai macam jenis mainan lokal yang ia bikin dan jual langsung dari satu keramaian ke keramaian lainnya di berbagai tempat di seputar Gunungkidul.
Pesawat udara mainan bikinan Mbah Wiiryono terlihat berwarna-warni, terbuat dari kayu randu, kaleng susu bekas, botol minuman bekas, dan teres sebagai pewarna. Dalam satu hari, ia mampu membuat 12-15 pesawat mainan. Semua produksi mainan anak tersebut dikerjakannya seorang diri.
Beberapa bahan produksi ada yang harus dibeli, seperti kaleng susu dan pewarna. Untuk kaleng susu bekas, ia membeli dengan harga Rp 5.000 per kilo, dan pewarna teres dengan harga Rp 50 ribu untuk 1 ons.
Sore itu, Mbah Wiryono membawa 12 pesawat udara mainan bikinannya. Dari rumahnya di Selang, ia naik ojek sampai di bekas terminal lama Wonosari dengan ongkos Rp 5.000. Sesampai di keramaian acara FKY, ia langsung menjajakan pesawat mainannya yang berbunyi khas “thok-thok-thok….”
Dalam waktu singkat, pesawat mainan Mbah Wiryono tersisa satu biji. Harga pesawat mainan ini relatif murah. Pesawat mainan yang kecil dijual dengan seharga Rp 10.000,- sedangkan yang besar dijual seharga Rp 20.000.-
Wiryono sangat senang karena pesawat mainannya laku dan terjual habis. “Benten kalih Jumat wingi mas, dodolan kula mboten laris,” ujarnya.
Mbah Wiryono sebenarnya sudah dilarang berjualan oleh kelima anaknya. Tetapi ia nekad tetap berjualan. “Kula remen mawon mas, dolanan damelan kula tesih ditumbas. Remen menawi lare-lare tesih purun dolanan kados ngaten niki,” pungkasnya. (Heri Purnomo/Jjw).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar