Perceraian ASN Tinggi, PGRI Gelar Seminar Perempuan Gunungkidul

oleh -1572 Dilihat
oleh
pgri
Seminar Perempuan PGRI Gunungkidul. (ist)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Menurut data Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kabupaten (BKPPD) Gunungkidul, pada tahun 2019 terdapat 504 perceraian Aparatur Sipil Negara (ASN). Dari jumlah keseluruhan itu 214 diantaranya berasal dari Dinas Pendidikan.

Fenomena tersebut mendorong perempuan anggota Persatuan Guru Republik Indoensia (PGRI) Gunungkidul untuk ikut berpartisipasi dalam menekan laju perceraian di kalangan pendidik. Salah satu upaya yang ditempuh dengan menyelenggarakan Seminar Perempuan PGRI Gunungkidul, Kamis 25 Agustus 2022.

Salah satu panitia, Cahyaningsih menyampaikan, seminar yang digelar di gedung PGRI itu dihadiri perwakilan dari 20 cabang PGRI di Gunungkidul. Masing-masing cabang mengirimkan 5 wakil sehingga peserta berjumlah sekitar 100-an perempuan PGRI.

“Harapannya agar proses mendidik anak bangsa bisa terus diupayakan dalam lingkungan yang kondusif serta ketahanan keluarga semakin kuat,” harap pendidik SMKN 3 Wonosari ini.

Terpisah, Ketua PGRI Gunungkidul, Tijan menuturkan, fenomena perceraian ASN terlebih di kalangan pendidik mendorong digelarnya forum diskusi yang dapat membahas permasalahan tersebut dari berbagai sudut pandang. Pada saatnya nanti, akhir dari kegiatan seminar ada tindak lanjut berupa kebijakan maupun program untuk mengatasi permasalahan yang menyangkut ketahanan keluarga.

“Peran perempuan dalam pembangunan sekarang ini menjadi sangat penting. Seiring berjalannya waktu, perempuan mulai bangkit dan berhasil membuktikan bahwasanya keberadaan mereka layak untuk diperhitungkan. Kecerdasan serta kepiawaian perempuan tidak bisa lagi dianggap remeh karena telah turut berkontribusi terhadap pembangunan,” papar Tijan.

Lebih jauh disampaikan, dalam sektor pendidikan, sudah sangat banyak keterwakilan perempuan yang menduduki posisi puncak seperti Kepala Dinas, Kepala Sekolah, wakil rektor, dan masih banyak lagi. Hal ini membawa angin segar bagi kesetaraan gender serta Indeks Pembangunan Gender di Indosnesia. Namun, di sisi lain, peningkatan kesetaraan ini perlu diimbangi dengan pengokohan peran perempuan baik domestik maupun publik.

“Tujuan kegiatan ini adalah mengoptimalkan peran perempuan khususnya pendidik dalam mendorong ketahanan keluarga,” jelas Tijan.

Seminar yang digelar menghadirkan 4 nara sumber, antara lain psikiater RSUD Wonosari, dr Ida Rochmawati; praktisi pendidikan, Tumisih dan Sri Sigadattun dari Pengadilan Agama Gunungkidul.  (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar