PATUK, kabarhandayani.– Bahasa Jawa adalah bahasa keseharian warga Gunungkidul. Penggunaan bahasa Jawa krama pun sering digunakan dalam berbagai macam acara. Namun, dewasa ini banyak orang yang tidak faham akan arti dan penggunaan bahasa krama yang baik dan benar.
Oleh karena itu, sejumlah warga Desa Bobung dan Desa Nglanggeran mengikuti pelatihan Gladhi Panatacara atau pembawa acara menggunakan bahasa Jawa di gedung serbaguna desa wisata Bobung pada Sabtu (29/6/2014).
Gunawan Sigit Putranto, S.H. / M.W. Projoseputro selaku narasumber yang memberikan pelatihan menjelaskan, pelatihan ini merupakan salah satu program Iptek Berbasis Wilayah (IBW) sebagai bentuk pengabdian dosen kepada masyarakat.
Program ini dilaksanakan oleh Pendidikan Tinggi (Dikti) yang diajukan oleh dosen Universitas Janabadra pelaksanaan dengan kurun waktu 3 tahun yang intinya adalah pengembangan desa wisata. Sedangkan, pelaksanaan pelatihan gladi panatacara ini dilaksanakan selama 2 hari hingga besok di Desa Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran.
Dalam pelatihan ini, Gunawan menjelaskan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menjadi master of ceremony (MC) bahasa Jawa, yaitu suara, busana, trapsila bahasa dan sastra. Berdasarkan pemaparan Gunawan, masyarakat Jawa sering menggunakan bahasa Jawa dalam berbagai acara seperti ngapati, mitoni, brokohan, selapanan, tedhak siten, supita, temanten dan sripah.
Gunawan menjelaskan, untuk pelatihan hari kedua, para peserta akan mempraktekkan gladi panatacara. “Dengan pelatihan ini diharapkan mampu melestarikan budaya Jawa termasuk bahasa Jawa karena ini merupakan jati diri bangsa timur dan muncullah generasi MC bahasa Jawa yang berkualitas,” jelasnya. (Mutiya/Hfs)