Paradoks Ngendhat Talimurdha: Orang Gunungkidul Bukan Orang Kalah

oleh -930 Dilihat
oleh
nglanggeran
Gunung Api Purba Nglanggeran. (KH)
Gunung Wayang; mitos kosmogonik Pegunungan Batur Agung dan sekitarnya; para Panakawan yang mengembara.

‘Sejarah’ orang-orang Gunungkidul bukan lah ‘sejarah’ wangsa yang kalah, yang tertindas, yang menderita. Sama sekali bukan itu.

Asal-muasal leluhur kulawangsa Gunungkidul yang lahir di Gunungkidul dan yang ‘neneka‘ atau ‘mbanyu-keli‘ ke Gunungkidul yang diasumsikan berasal dari beberapa kerajaan dan wilayah. Seeringnya disebut berasal dari Majalengka (Majapahit, Wilwatikta). Ada juga cerita tentang ‘larinya’ tokoh Majalengka dari tanah Sunda ke wilayah Gunung Batur dekat Wedhiamba, atau mitos pengembara semacam Amongraga, bukan sebagai Sang Kula (Kulawangsa) yang ‘lari’ dan yang ‘kalah’.

Leluhur Gunungkidul bukan pula para kulawangsa Majapahitan yang lari dari kejaran atau desakan Demak, atau kulawangsa yang disingkirkan Mataram. Bukan tokoh-tokoh yang ‘kalah’ dalam peperangan ideologi.

Brawijaya, Onggoloco, Amongraga, Jonge, Giring, Wanakusuma, Wanabaya, Rembayung, Surameja, bahkan para petani yang meninggalkan tanah Gunungkidul ke kota, dan para subjek pelaku ‘ngendhat tali Murda‘ dan lain-lain, bukan lah para tokoh yang ‘kalah’ dan ‘lari’.

Tendensi pemaknaan negatif pada ‘kalah’ dan ‘lari’ seperti yang dimitoskan-ulang oleh beberapa orang merupakan tindakan yang tak sadar, bahwa: pratanda ‘kalah’ sangat mungkin bermakna ‘ngalah‘, dan ‘lari’ sangat mungkin bermakna dengan sengaja ‘nyingkiri‘ (‘sumingkir‘).

Ngalah luhur wekasane, menang tanpa ngasorake”. Citraan-citraan mitos yang mau tak mau bersinggungan dengan ‘sejarah’, karena masa-yang-kini tak bisa ‘uwal‘ dari jerat-tali ‘sejarah’ masa-yang-lalu, terhadap penokohan wangsa Gunungkidul, memungkinkan makna yang sangat ‘positif’ ataupun sangat ‘negatif’ bergantung si penafsir memosisikannya.

Dan posisi yang dipilih sebagai ‘ujung’ pengembaraan sementara, penihilan sementara, minimal sebagai penghiburan diri bagi ‘tedhak-turun‘ orang Gunungkidul, yang bisa saja disebut bersejarah, adalah gunung sisi selatan.

[Wage]

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar