Tak terkecuali Kelompok Wanita Tani (KWT) atau kelompok dengan usaha sejenis yang mengolah hasil pertanian di Gunungkidul. Dampak yang dirasakan berupa penurunan omset cukup serius.
Kasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul, Sustiwi menyebutkan, turunnya omset KWT mencapai 80 hingga 90 persen.
“Tidak adanya kunjungan dari luar daerah, sekolah libur, tempat – tempat wisata ditutup, rapat- rapat ditiadakan, kegiatan sosial pesta tidak diperbolehkan, kegiatan masyarakat/ keramaian tidak ada , dan kunjungan wisatawan tidak ada,” papar dia menyebutkan faktor-faktor penyebab penurunan omset KWT.
Faktor lainnya yang berperan menurunkan usaha diantaranya karena pengiriman online melalui trevel kesulitan serta bahan baku menjadi mahal dan susah didapat.
Dari 16 KWT di Gunungkidul yang memiliki jenis olahan yang sama memiliki nasib yang sama pula. Omsetnya turun drastis.
“KWT dengan olahan stik mocaf, enting-enting kacang, kembang goyang, patilo, lanting, criping pisang, sale pisang, olahan mocaf, tepung mocaf, gatot tiwul instan, kripik dan lain—lain menurun semua,” terang Sustiwi.
Sebelumnya KWT-KWT tersebut menjadi supplier di berbagai pasar diantaranya toserba Pamella, toko oleh-oleh, warung terdekat, dijual online, dan melayani pesenan. Selama pandemic Corona ini sementara waktu kegiatan produksi sangat terbatas mengingat minimnya permintan. (Kandar)