Monumen Auri PC 2 Dipersoalkan Status Tanahnya

oleh -789 Dilihat
oleh
Monumen Radar Auri PC2. Foto : Sarwo
Monumen Radar Auri PC2. Foto : Sarwo
Monumen Auri PC2. Foto : Sarwo

PLAYEN, (KH) β€” Status keberadaan Monumen AURI PC 2 Playen di Pedukuhan Banaran Desa Playen masih menjadi pertanyaan besar kerabat Prawirasentomo, sebab tanah yang digunakan untuk Monumen AURI PC 2, sertifikatnya masih dipegang oleh pemiliknya (Prawirosetomo). Hal tersebut disampaikan Kasman dalam Sarasehan Dewan Kebudayaan Kecamatan Playen Selasa 24/03/2015 di Aula Kecamatan Playen.

Monumen AURI PC 2 Playen lokasinya jadi satu dengan TK 1 Maret/TK Pembina Playen yang beberapa waktu lalu mendapat proyek gedung perluasan TK. Karena terbatasnya luas tanah, maka akhirnya perluasan TK dibangun di atas kolam.

Untuk penyelesaian status tanah bagaimana? Jangan sampai ada anak Prawirosetomo tidak tahu kalau tanah milik ayahnya digunakan untuk Monumen dan sekolah TK Pembina Playen.

Menurut Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gunungkidul, Siti Istiani Dekoningrum, yang menangani dana keistimewaan memang bisa lewat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) yang menangani proyek JJLS. Sejarah dan nilai tradisional, contohnya ada rumah milik penduduk yang mendapat bantuan dana keistimewaan. Untuk status Monumen AURI PC 2 belum bisa memberikan jawaban, yang ada dalam kepengurusan Dewan Kebudayaan, Bidang Museum dan bukan Monumen.

Sementara Tri Harjono yang membidangi Kepariwisataan, menanyakan kepada Dewan Kebudayaan Gunungkidul tentang bagaimana cara mengawinkan Budaya dan Pariwisata agar dapat menarik pengunjung. Dicontohkan seperti pengelolaan wisata di Pulau Bali dimana wisatawan sebelum sampai tujuan digiring untuk menikmati Tari Bali, setelah itu wisatawan baru ke pantai.

Camat Playen Suyatno. SIP, sangat setuju apabila Budaya dan Pariwisata saling membantu, sehingga pengunjung merasa mendapatkan pelayanan yang baik dan akan mengundang pengunjung lainnya.

Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul CB Supriyanto mengharapkan, desa-desa yang belum menjadi Desa Budaya segera mengajukan proposal untuk diusulkan ke Propinsi DIY. Sementara, pentas Ketoprak yang dibiayai dengan Danais, mohon dipersiapkan sebaik-baiknya, jangan sampai jumlah penontonnya lebih sedikit dari pemain ketoprak. ”Ini pernah terjadi di balai desa di Kecamatan Wonosari. Pemainnya 40 orang,yang nonton hanya 25 -30 orang,” Kata CB Supriyanto. (Sarwo)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar