WONOSARI, (KH),– Tidak sedikit masyarakat diantaranya remaja mengalami kecemasan dengan adanya pandemi Coronavirus Diseae 2019 (Covid-19) ini. Cemas muncul seiring membanjirnya informasi soal bahaya Covid-19.
Meski merupakan reaksi emosional yang lumrah, namun, jika dibiarkan berlarut, cemas dapat menyebabkan gangguan psikologis, fisik dan kognitif yang lebih berat. Psikiater di RSUD Wonsari dan RS PKU Muhammadiyah Wonosari, dr. Ida Rochmawati, M.Sc.,Sp.KJ (K) menjelaskan, cemas merupakan reaksi emosional yang melibatkan perasaan, pikiran dan fisik ketika seseorang dalam kondisi bahaya atau terancam. Bagian dari mekanisme pertahanan diri untuk melindungi diri dari gangguan mental emosional yang lebih berat.
Terang dia, cemas dianggap patologis atau tidak normal ketika berlangsung hampir sepanjang waktu, memunculkan reaksi panik yang berlebihan, berdampak pada gangguan fisik, menggangu kognitif (tidak bisa berfikir logis dan realistis) serta cemas telah mengganggu fungsi peran dan fungsi sosial.
“Ekspresi gejala kecemasan yang umum dialami remaja diantaranya mudah marah, penurunan minat, mudah lelah, muncul perilaku membahayakan diri, serta berperilaku obsesif-kompulsif,” jelas dr Ida belum lama ini.
Sambung dia, alasan kecemasan perlu dikelola antara lain karena cemas dapat menurunkan kekebalan tubuh, ,memicu gejala fisik yang belum ada sebelumnya, memperberat gejala fisik/penyakit fisik yang sudah ada serta menurunkan produktivitas dan kinerja.
Mengenali kepribadian serta mengenali tubuh masing-masing, kata dia, menjadi langkah awal menolong diri sendiri. Langkah selanjutnya, yakni dengan menghindari paparan yang memicu kecemasan, menjaga jarak dari informasi yang mencetuskan kecemasan, menghindari diskusi dengan orang yang pencemas.
“Cara lain yakni dapat melakukan hobi/aktivitas yang menyenangkan, berolah raga, makan makanan bergizi dan seimbang, serta bertanya pada ahlinya bila kondisi kecemasan semakin menjadi,” imbuh dr Ida.
Lebih jauh disampaikan, remaja dapat menolong temannya yang mengalami kecemasan, antara lain dengan menjadi pendengar yang baik, bersikap tenang tidak menghakimi, tidak mengomentari atau menambahi informasi yang menambah kecemasan, mengarahkan untuk mendapatkan informasi yang benar, mengajak diskusi pada topik yang lain serta menyarankan aktivitas yang positif.