Mantra Tantular, Persatuan Melawan Angkara Murka

oleh -
oleh
iklan dprd

WONOSARI, Kabarhandayani.– Masyarakat di Lembah Tantular hidup senang dan rukun. Nampak petani bergembira menuai hasil panennya dengan orang-orangan sawah berdiri gagah menemani mereka.
Hal ini ternyata membuat iri Raja Unggul Angkara, ia tidak ingin kedamaian di Lembah Tantular bertahan lama. Di saat petani bergembira menikmati hasil panennya, datanglah Juwita Angkara dan antek-anteknya, mengusik dan memporak-porandakan lembah permai itu.
Dewi Pertiwi yang selama ini menaungi Lembah Tantular tidak tinggal diam. Dia ajak seluruh rakyatnya untuk melawan Juwita Angkara. Sang Dewi melepas panah, melawan Raksasa Angkara Murka hingga Lembah Tantular kembali damai dan bendera kembali berkibar dengan gagah di Lembah Tantular.
Itulah singkat cerita tari kolosal yang dipersembahkan oleh siswa SMK N 2 Wonosari sebelum upacara penurunan bendera dilakukan di Alun-alun Wonosari pada Minggu (17/8/2014). Sejumlah 750 siswa SMK N 2 Wonosari bersama dengan mahasiswa KKN salah satu universitas di Yogyakarta mementaskan tari kolosal yang bertajuk Mantra Tantular.
Tari kolosal disajikan dengan formasi dan media pendukung seperti ogoh-ogoh yang menggambarkan raksasa angkara murka dan burung garuda yang melambangkan persatuan masyarakat Lembah Tantular. Cerita digambarkan dengan apik dan menyita antusias yang luar biasa dari ribuan penonton yang menyaksikan.
Kreator tari kolosal, Gondhol Sumargiyono menjelaskan, tari kolosal ini menceritakan tentang persatuan rakyat melawan raksasa angkara murka yang dilambangkan dengan ogoh-ogoh atau boneka jerami raksasa. “Cerita ini menggambarkan persatuan rakyat untuk melawan angkara murka dan Bineka Tunggal Ika adalah harga mati,” jelasnya.
Lanjut Gondhol, selama 3 minggu, siswa SMK N 2 Wonosari digembleng dan berlatih dengan gigih untuk menyajikan karya ini. Menurut Gondhol, para siswa sangat disiplin dan mempunyai tekad yang kuat untuk menyajikan tari kolosal. Pada pentas tari kolosal tersebut bupati dan wakil bupati juga dilibatkan.
“Waktu latihan hanya 3 minggu, sebenarnya kurang untuk detail-detailnya namun berkat tekad yang kuat dan kegigihan anak-anak, tari kolosal ini dapat terlaksana dengan baik,” pungkasnya. (Mutiya/Hfs)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar