WONOSARI, (KH),– Minggu, (21/01/2018) malam, Sekolah Kebhinekaan mengadakan malam inagurasi sekaligus menutup semua rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan sejak bulan Oktober 2017 lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Sekolah Kebhinekaan Pdt. Kristiyono Riyadi, SIP., menyampaikaikan bahwa kebhinekaan atau kemajemukan adalah sebuah karunia. Kemajemukan identitas agama atau kepercayaan pun demikian. Di Gunungkidul hal tersebut mesti diterima dengan penuh syukur, namun disadari bahwa kemajemukan juga menyimpan potensi merusak ketika mulai ada politik identitas agama.
“Maka perlu adanya pemahaman tentang kemajemukan sekaligus kemampuan untuk mengelola kemajemukan yang ada,” terang Pdt. Kristiyono Riyadi di Bangsal Sewoko Projo.
Sebagaimana diketahui, Sekolah Kebhinekaan Remaja Gunungkidul 2017 diselenggarakan Badan Pelaksana Klasis (Bapelklas) XLIX Gereja-gereja Gunungkidul bekerjasama dengan PC GP Ansor Gunungkidul, PC Fatayat Gunungkiduk, PD Pemuda Muhammadiyah Gunungkidul, PHDI Gunungkidul, MBI Gunungkidul, Pemuda Katholik Gunungkidul, dan BKS Gunungkidul.
Masing-masing organisasi keagamaan mewakilkan 5 hingga belasan pemuda untuk menjadi peserta pada kegiatan Sekolah Kebhinekaan. Rangkaian kegiatan yang diselenggarakan selama tiga hari itu peserta melaksanakan aktivitas berkonsep Live in/ Camp.
Beberapa tempat yang dijadikan lokasi kegaiatan diantaranya; Komunitas Hindu Kecamatan Ngawen, Pesantren Sambeng Ngawen, Komunitas Budha Candi Candirejo, Semin. Terkait isi kegiatan beberapa diantaranya berupa pemahaman tentang teori tentang identitas dan pengelolaan keragaman, Sharing Pengalaman Baik dalam Keberagaman, penyampaian materi tentang Pancasila dan Konstituasi sebagai basis pengelolaan keragaman, berjumpa dan dialog dengan tokoh di Pura, dialog dengan kyai di pesantren dan lain-lain.
Sementara itu dalam sambutannya, Bupati Gunungkidul Hj. Badingah, S.Sos. menyampaikan terima kasih dan menyampaikan apresiasi kepada penyelenggara Sekolah Kebhinekaan.
“Saya berharap melalui kegiatan ini kaum muda dari berbagai agama belajar bersama untuk memahami fakta keberbedaan dan keberagaman sebagai anugerah yang patut disyukuri dan harus dirawat agar tumbuh semangat kebangsaan dan kepedulian antar anak bangsa Indonesia sehingga pada ahkirnya dapat berkontribusi membangun daerah maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia,” harap bupati.
Penutupan ditandai dengan pelepasan identitas peserta dan pemberian sertifikat oleh Bupati Gunungkidul. (Kandar)