PLAYEN,(KH)— Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia melalui Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Yogyakarta yang berkedudukan di Gading Gunungkidul terus melakukan pendampingan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), khususnya dalam pengolahan dan pengawetan produk makanan. Saat ini sudah ada 10-12 jenis produk UMKM yang berhasil diinkubasi riset dan dikemas oleh LIPI menjadi produk olahan makanan dalam kaleng yang tahan lama.
Kepala Seksi Perencanaan Monitoring dan Evaluasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, Dini Ariyani mengatakan, LIPI berkomitmen melakukan pendampingan kepada UMKM yang mempunyai keseriusan dalam pengolahan produk. Pihaknya mencatat, sudah ada puluhan UMKM dari seluruh Indonesia yang bekerja sama dengan LIPI.
“Tidak semua UMKM bisa di Iptekdakan, karena kita memang benar-benar mencari UMKM yang mau berkembang dan terus berinovasi,” kata Dini saat ditemui KH di Kantor UPT BPPTK LIPI, Gading Playen, Selasa (14/4/2015).
Dari puluhan produk yang sudah berhasil diinkubasi, saat ini sudah ada tiga sampai empat produk yang sudah memiliki izin edar atau MD. Bahkan beberapa produk yang sudah memperoleh sertifikasi dari Balai Besar Pemeriksaaan Obat dan Makanan (BBPOM) dan sudah diedarkan hingga pasar internasional.
“Produk kami yang sudah memiliki MD ada gudeg, mangut lele, sayur lombok ijo LIPI, dan gudek Bu Tjitro,” sebutnya.
Dini menjelaskan, UPT BPPTK LIPI Yogyakarta mempunyai tiga laboratorium yang memiiliki peruntukan berbeda. Dia menyebutkan ada Laboratorium Pangan, Laboratorium Pakan, dan Laboratoium Bahan Alam. Laboratorium Pangan inilah yang melakukan riset bagi produk UMKM.
“Salah satu keunggulan hasil riset dan pengemasan laboratorium pangan adalah makanan tidak mudah basi. Sebab makanan sudah kita proses dengan teknologi tertentu sehingga awet meski tanpa bahan pengawet,” tuturnya.
Dia memaparkan, proses inkubasi yang dilakukan oleh LIPI tidak mengurangi vitamin yang terkandung dalam makanan, karena proses pengalengan dilakukan dengan teknologi tertentu yang memanfaatkan panas dan tekanan tertentu sehingga gizi, rasa, dan masa simpan dapat disesuaikan dengan jenis produk.
Selain itu, lanjut dia, saat ini UPT BPPTK LIPI terus melakukan pemberdayaan masyarakat dengan membeli hasil pertanian seperti ubi-ubian. Dengan riset dan teknologi, bahan pangan lokal ini diubah menjadi makanan fungsional yang cocok menjadi makanan ekstra yang sangat tepat diberikan bagi pasien rumah sakit dengan cara sonde (makan melalui selang).
“Saat ini kita juga tengah melakukan kerjasama dengan Dewan Ketahanan Pangan DIY melakukan riset makanan fungsional untuk meningkatkan gizi 160 balita yang ada di Samigaluh dan Kokap Kabupaten Kulonprogo,” terangnya.
Lebih lanjut, dia menerangkan, untuk produk pakan, UPT BPPTK LIPI berhasil mengembangkan suplemen untuk ternak, anti biotik dengan bahan herbal, dan vitamin. LIPI juga berhasil mengembangkan produk penambah nasfu makan untuk unggas. Sedangkan untuk laboratoruim bahan alam riset yang dilakukan mengenai pertanian terpadu.
Semantara, Bagian Kerjasama UPT BPPTK LIPI, Safitri Widodo mengungkapkan, ada beberapa desa di Gunungkidul yang bekeraja sama dengan LIPI dalam meningkatkan kualitas produk makanan. Pihaknya mencatat, pada tahun 2014 ada 5 desa di Kecamatan Patuk dan 5 desa di Kecamatan Tepus yang melakukan permohonan pendampingan.
“Pendampingan pelatihan produk di masyarakat sering kita lakukan. Harapan kita, UMKM mampu berkembang secara mandiri. Selain melakukan riset, kita juga mempunyai komitmen melakukan pemberdayaan kepada masyarakat,” pungkasnya. (Juju)