TEPUS, (KH) — Ketela sebagai bahan baku pembuatan tiwul, juga dapat dijadikan makanan lain seperti Lempeng dan Patilo. Desa Sidoharjo, Kecamatan, Tepus, Gunungkidul menjadi pusat pengerajin Lempeng dan Patilo di Gunungkidul.
Makanan berbahan baku ketela tersebut diolah secara tradisional oleh warga. Adapun pembuatan harus melalui beberapa tahap untuk menghasilkan makanan sejenis kerupuk tersebut.
Tupon (40), Salah satu pengerajin Lempeng dan Patilo mengaku telah menekuni pekerjaan sebagai pengrajin Patilo saat lulus Sekolah Dasar. Berbekal ilmu yang diturunkan oleh kedua orang tuanya, sampai saat ini ia menekuni usaha tersebut sebagai pekerjaan pokok.
“Dipasarkan di pusat oleh-oleh, kadang ada pesanan dari tetangga yang ada di kota-kota besar,” ujar Tupon, Rabu (29/07/2015).
Satu kilogram Lempeng dan Patilo dijual Rp. 12-15 ribu. Tupon selalu memasok dagangannya ke pasar Argosari Wonosari. Dibantu dengan suaminya, Tupon dalam waktu seminggu dapat memasok 10-15 kilogram Lempeng dan Patilo.
“Karena jika dijual dalam bentuk gaplek, harganya sangat rendah. Memang membutuhkan proses agak lama untuk membuat lempeng dan patilo, namun harganya lebih tinggi dibanding gaplek,” jelasnya.
Untuk membuat Lempeng dan Patilo, ia memerlukan waktu sekitar 2 hari. “Proses pembuatan, pertama, ketela yang sudah dibersihkan, direndam dengan air garam; kemudian digiling, baru dijemur kurang lebih 1 hari, jika cuaca baik,” tandasnya. (Atmaja)