Klaster Covid-19 Gunungkidul, 1 Jamaah Tabligh Akibatkan 5 Positif Dan 13 Reaktif Rapid Test

oleh -561 Dilihat
oleh
Covid-19
ilustrasi Covid-19. (sumber: internet)

WONOSARI, (KH),– Siaran pers tertulis Gugus Tugas Penanganan dan Pencegahan Covid 19 DIY, Jum’at, (1/5/2020) membuka fakta mencengangkan. Untuk Gunungkidul, penularan pertama yang terjadi diakibatkan oleh 1 Jamaah Tabligh yang pulang dari kegiatan di Jakarta.

Juru Bicara Pemda DIY untuk penanganan Covid-19, Berty Murtiningsih berdasar hasil kajian epidemiologi terhadap penularan lokal, menerangkan, berawal dari anggota Jemaah Tabligh telah mengakibatkan terjadinya penularan hingga generasi ke 5.

Rinciannya, generasi ke dua setelah yang bersangkutan terjangkit, telah mengakibatkan 1 Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan 2 pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Adapun di generasi ke tiga, dari 1 orang PDP telah terjadi penularan yang menyebabkan 3 pasien positif dan 3 lainnya menunjukkan reaktif rapid test.

“Penularan pertama klaster di Kabupaten Gunungkidul disebarkan melalui kontak erat antar kasus,” kata Berty Murtiningsih melalui release tertulis.

Di generasi selanjutnya atau ke empat, dari pasien positif dan reaktif rapid test, mengakibatkan cukup banyak warga yang menyusul berstatus positif hasil rapid test. Data yang disampaikan menunjukkan setidaknya ada 8 warga reaktif rapid test.

Sementara itu, pada penularan generasi ke lima ada 2 lagi warga yang telah menunjukkan reaktif rapid test.

“Dengan melihat adanya bukti penyebaran kasus yang disebabkan oleh adanya kegiatan perkumpulan, maka masyarakat diminta untuk tetap menjaga social distancing dan untuk sementara menghindari kegiatan yang bersifat kerumunan,” imbau dia.

Menanggapi adanya penularan lokal, Wakil Ketua DPRD Gunungkidul, Heri Nugroho menyadari bahwa alat deteksi dini cukup lambat.

“Masyarakat tidak disiplin dan atau kurangnya pemahaman tentang Covid-19. Kita pemerintah juga sadari bahwa ada kelambatan dalam penanganan,” kata Heri.

Dengan adanya kasus transmisi lokal, dia menambahkan, hingga saat ini tracing berkelanjutan terus dilakukan. “Kita belum pernah menghadapi Covid seperti ini, jadi butuh kajian,” tukas dia. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar