Kemenag Gunungkidul: Takbir Keliling Dilarang Dilaksanakan

oleh -
Kemenag gunungkidul
Kepala Kantor Kemenag Gunungkidul, H. Arif Gunadi. (KH/ Kandar)

WONOSARI, (KH),– Pemerintah telah menetapkan sejumlah kebijakan menyambut berbagai event keagamaan pada Ramadhan 2021 ini. Kebijakan turun melalui hasil koordinasi beberapa kementerian dan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19.

Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Gunungkidul, Arif Gunadi menegaskan, keputusan politik Negara harus terus dikawal semata-mata demi menghindari penularan Covid-19. Untuk itu pada beberapa event keagamaan dan tradisi pada Ramadhan kali ini diatur secara ketat agar risiko kerumunan sebagai pencetus penularan tidak terjadi.

“Yang pertama, mudik jelas dilarang. Harus dipahami hal itu bukan melarang pulang kampung. Tetapi, menghindari risiko terjadinya kerumunan sementara waktu,” kata Arif saat ditemui di kantornya, Rabu (5/5/2021).

Selanjutnya, selain mudik, pelaksanaan takbir Idul fitri juga diatur oleh pemerintah. Adapun kebijakan yang disepakati, pelaksanaan takbiran tentu saja tetap diperbolehkan. Hanya saja, tidak diperkenankan dilakukan secara berkeliling.

“Takbiran dapat digelar di rumah masing-masing dan masjid serta mushola. Namun demikian harus tetap memperhatikan standar protokol kesehatan. Maka dianjurkan diikuti maksimal 50 persen dari kuota tempat ibadah,” papar mantan Kasubag TU Kantor Kemenag Gunungkidul ini.

Begitu juga dengan shalat Idul Fitri. Pemerintah mengijinkan dilaksanakan di lapangan atau masjid. Tetapi, panitia pelaksana diwajibkan bertanggungjawab atas pelaksanaan protokol kesehatan.

“Di lapangan harap dibuat pintu gerbang untuk memudahkan pelaksanaan protokol kesehatan, diantaranya cuci tangan, pengukuran suhu tubuh dan pemantauan kepatuhan jamaah menggunakan masker,” imbuh dia.

Selain panitia di tiap daerah, jajaran TNI dan Polri juga akan terlibat terjun melakukan pengawasan pada tiap titik pelaksaan Shalat Id.

Serangkaian larangan itu Arif tandaskan, bukan bermakna tidak menghargai peristiwa keagamaan. Akan tetapi beberapa contoh peristiwa keagamaan yang pernah terjadi menimbukkan gelombang penukaran virus yang mengerikan. Maka hal tersebut patut menjadi perhatian bersama.

“Sebagaimnana terjadi di Sungai Gangga India. Setelah itu kasusnya melambung, maka sebaiknya peristiwa itu dijadikan bahan pembelajaran,” tukas Arif. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar