SEMANU, (KH),– Kesungguhan dan keseriusan ketika menghadapi evaluasi, diikuti partisipasi semua masyarakat serta kekompakan antara masyarakat dengan lembaga desa menjadi salah satu faktor Desa Ngeposari Kecamatan Semanu memperoleh predikat juara 1 pada evaluasi perkembangan desa 2017.
Kades Ngeposari merasa bangga sekaligus bersyukur atas prestasi tersebut. Dia mengaku intens menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan evaluasi perkembangan desa selama 6 bulan. Beberapa kebijakan sebelumnya ia terapkan, namun tetap mengedepankan prinsip yang bersifat tidak memaksa, atau membebani masyarakat.
“Kita tanamkan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan bersama antara masyarakat, lembaga dan pemerintah desa, kita kedepankan gotong royong. Seberat apapun pekerjaan kalau itu dilaksanakan dengan niat yang tulus dan secara bersamaan akan menjadi ringan dan bukan beban,” urainya.
Sambungnya, adapun sebagai dasar pelaksaanaan adalah Permendagri No. 81 tahun 2015. Pada peraturan tersebut sudah jelas indikator apa yang akan dievaluasi, tinggal bagaimana mengimplementasikan Permen tersebut menjadi kemasan yang menarik dan jelas.
“Menjadi acuan seperti apa dan kemana desa itu akan dibawa oleh nahkoda yaitu kepala desa,” tutur Ciptadi.
Dengan demikian, Ciptadi menganggap, mengacu Permendagri, sebenarnya masing-masing desa itu sudah berada pada level standar. Yang menjadi pembeda adalah potensi dan seberapa besar partisipasi masyarakat dalam kegiatan tersebut, tentu dengan tidak mengesampingkan potensi yang dimiliki.
Potensi Ngeposari yang tidak dimiliki oleh desa lain adalah banyaknya destinasi wisata alam, seperti, Goa Jlamprong, Goa Sinden, Goa Gesing, Sumber Pitu Ngreneng, Goa Thotho, dan Goa Sangupati. Sedangkan potensi industri rumah tangga, ada kerajinan batu dan kerajinan anyaman, semuanya menyerap tenaga kerja yang cankupannya besar, sekitar 2.200 tenaga dapat diserap dari sektor-sektor tersebut.
“Di bidang perkebunan Ngeposari memiliki sentra mete, ada pula Hutan Kemasyarakatan seluas 115 hektar. Hutan ini sudah menasional, semua potensi-potensi tersebut akan dikembangkan di tahun-tahun mendatang,” paparnya.
Lebih jauh disampaikan, mengenai satu hal yang mungkin tidak dikembangkan di desa lain yakni mengenai keseriusan dalam pengelolaan arsip Desa Ngeposari. Efektivitas waktu terbilang sangat baik, ia mengklaim dapat menemukan dokumen arsip dalam hitungan detik saja, karena dalam pengelolaannya telah menggunakan aplikasi ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia).
“Itulah modal kami ketika nanti bersaing di tingkat propinsi,” tukas Ciptadi.
Menyambut kemenangan Ciptadi menjalankan nadzar, seusai menerima pengumuman kemenangan ia jalan kaki dari Wonosari pulang ke Desa Ngeposari. Ungkapnya, sepanjang sejarah adanya lomba atau evaluasi perkembangan desa digelar di Gunungkidul, Kecamatan Semanu belum pernah ada yang menjadi juara 1. Dengan demikian Desa Ngeposari merupakan yang pertama kalinya. (Kandar)