SEMANU, kabarhandayani,– Sekilas kios bertuliskan potong rambut yang terletak di pinggir jalan Semanu-Wonosari Km 4, tepatnya di Padukuhan Sambirejo Desa Semanu Kecamatan Semanu ini tidak ada yang luar biasa. Bahkan jika baru pertama melihat usaha potong rambut tersebut sebagian orang menganggap usahanya sudah tutup. Pasalnya, kios tersebut tidak pernah buka saat pagi sampai dengan sore.
Pemandangan berbeda akan mulai terlihat menjelang petang. Eko Suhardono (34) pemilik usaha potong rambut tersebut sengaja buka mulai jam 17.00 sampai dengan jam 03.00 WIB. Eko Suhardono menjelaskan, awalnya ia buka usaha potong rambut karena hobby sejak kecil. Bahkan pada saat tahun 1990-an ia biasa memberi upah kepada anak-anak kecil agar rambutnya bersedia ia potong.
“Dulu tahun 1990-an sering ngasih upah anak-anak kecil ya Rp 50 sampai Rp 100 biar rambut mereka mau saya potong mas,” katanya Kamis (18/9/2014). Eko Suhardono melanjutkan mulai membuka usaha sejak tahun 2007 dengan menyewa kios di pinggir jalan.
Awalnya buka dari pagi sampai malam. Tetapi perkembangannya pelanggan mulai ramai itu jam 15.00 WIB, setelah bekerja atau sekolah. Akhirnya ia memilih untuk buka kios mulai menjelang petang.
Untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan, ia juga melayani jasa potong rambut panggilan, tetapi khusus untuk pelanggan yang sudah lanjut usia dan bayi atau balita. Khusus untuk jasa panggilan, ia melayani pagi sampai siang hari.
Eko Suhardono mengaku, hasil yang diperoleh dari usahanya saat ini sudah bisa untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan mampu menyisakan dana untuk ditabung. Dengan upah Rp 7.000 per orang, maka paling ramai sehari bisa mengantongi uang Rp 250.000 paling sepi sekitar Rp 70.000.
“Pernah saya sampai kewalahan. Saking ramainya buka mulai dari jam 17.00 dan tutup jam 08.00 WIB. Saya merasa bahagia, pelanggan yang ngantri berlama-lama puas dengan hasil potong rambut saya,” katanya.
Eko Suhardono mengaku, banyak pelanggan dari jauh yang datang ke tempat potong rambutnya. “Ada yang dari Semin, Playen ada juga warga Gunungkidul yang merantau ke Jogja, Magelang, Semarang. Kalau potong rambut mereka pulang kampung,” akunya.
Ia sengaja menyediakan tikar untuk pelanggan yang menunggu antrian. Banyak pelanggan yang sampai tertidur di depan kiosnya. Eko Suhardono berharap bisa bekerjasama dengan anak muda yang punya bakat dan keinginan untuk buka usaha potong rambut untuk buka cabang di tempat lain. (HeryFosil/Jjw).
Pemandangan berbeda akan mulai terlihat menjelang petang. Eko Suhardono (34) pemilik usaha potong rambut tersebut sengaja buka mulai jam 17.00 sampai dengan jam 03.00 WIB. Eko Suhardono menjelaskan, awalnya ia buka usaha potong rambut karena hobby sejak kecil. Bahkan pada saat tahun 1990-an ia biasa memberi upah kepada anak-anak kecil agar rambutnya bersedia ia potong.
“Dulu tahun 1990-an sering ngasih upah anak-anak kecil ya Rp 50 sampai Rp 100 biar rambut mereka mau saya potong mas,” katanya Kamis (18/9/2014). Eko Suhardono melanjutkan mulai membuka usaha sejak tahun 2007 dengan menyewa kios di pinggir jalan.
Awalnya buka dari pagi sampai malam. Tetapi perkembangannya pelanggan mulai ramai itu jam 15.00 WIB, setelah bekerja atau sekolah. Akhirnya ia memilih untuk buka kios mulai menjelang petang.
Untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan, ia juga melayani jasa potong rambut panggilan, tetapi khusus untuk pelanggan yang sudah lanjut usia dan bayi atau balita. Khusus untuk jasa panggilan, ia melayani pagi sampai siang hari.
Eko Suhardono mengaku, hasil yang diperoleh dari usahanya saat ini sudah bisa untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan mampu menyisakan dana untuk ditabung. Dengan upah Rp 7.000 per orang, maka paling ramai sehari bisa mengantongi uang Rp 250.000 paling sepi sekitar Rp 70.000.
“Pernah saya sampai kewalahan. Saking ramainya buka mulai dari jam 17.00 dan tutup jam 08.00 WIB. Saya merasa bahagia, pelanggan yang ngantri berlama-lama puas dengan hasil potong rambut saya,” katanya.
Eko Suhardono mengaku, banyak pelanggan dari jauh yang datang ke tempat potong rambutnya. “Ada yang dari Semin, Playen ada juga warga Gunungkidul yang merantau ke Jogja, Magelang, Semarang. Kalau potong rambut mereka pulang kampung,” akunya.
Ia sengaja menyediakan tikar untuk pelanggan yang menunggu antrian. Banyak pelanggan yang sampai tertidur di depan kiosnya. Eko Suhardono berharap bisa bekerjasama dengan anak muda yang punya bakat dan keinginan untuk buka usaha potong rambut untuk buka cabang di tempat lain. (HeryFosil/Jjw).