Jelang Idul Adha Pedagang Pilih Kurangi Stok Hewan Kurban

oleh -
idul adha
Eko Purwono, Penjual Sapi asal Karangasem, Paliyan, Gunungkidul. (KH)

PANGGANG, (KH),– Jelang Hari Raya Idul Adha tahun ini, pedagang hewan kurban memilih mengurangi stok. Langkah yang diambil berbeda dengan tahun lalu. Pilihan tersebut diambil sebagai antisipasi menurunnya permintaan hewan kurban akibat pandemi COVID-19 yang berdampak pada perekonomian masyarakat.

Salah satu pedagang hewan ternak di Padukuhan Krambil, Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang, Gunungkidul, Yitno mengungkapkan, sejauh ini harga hewan tidak mengalami penurunan berarti.

“Saat ini belum merasakan penurunan harga, masih cenderung stabil. Namun kami tidak berani sediakan stok banyak,” kata Yitno ketika ditemui di kediamannya, Kamis (8/7/2021).

Pedagang hewan ternak sapi dan kambing selama belasan tahun ini mengaku, setiap menjelang Idul Adha seperti sekarang ini biasa menjual ratusan ekor sapi dan kambing. Tak hanya ke pembeli di lingkup Gunungkidul, dirinya juga mengirim hewan ternak ke kota besar seputar Jabodetabek.

“Kemarin kirim 17 ekor ke Depok. Tidak berani langsung kirim banyak. Sementara kita pantau penjualan sapi yang di kirim keluar, jika stok habis kami memilih menyusulkan mengirim lagi,” ujarnya.

Saat pemgiriman, setiap mobil bak terbuka berisi antara 6 hingga 10 ekor sapi. Jumlah tersebut menyesuaikan ukuran dan bobot sapi.

Yitno melanjutkan, harga sapi yang ia jual bervariasi sesuai ukurannya, antara Rp18.000.000,00 hingga di atas Rp30.000.000,00-an. Sapi-sapi yang ia jual dibeli dari petani di wilayah Saptosari dan Panggang. Jika permintaan mendesak, lelaki dengan suara lantang ini akan mencari di pasar-pasar hewan di Gunungkidul.

“Beli dari petani tak selalu dapat harga miring, begitu pula beli di pasar,” imbuh dia.

Senada dengan Yitno, pedagang sapi yang lain, Eko Purwono tak berani menampung hewan kurban baik sapi dan kambing yang hendak dijual kembali dalam jumlah banyak.

“Kita lihat terus perkembangan permintaan. Baik di pasar lokal maupun yang dijual ke kota besar,” ujar warga Karangasem, Paliyan, Gunungkidul ini.

Eko menjelaskan, jika rekan yang dipercaya membawa sapi ke kota besar memberi informasi bahwa sapi habis terjual, dirinya lantas belanja sapi atau kambing lagi kemudian menyusul mengantarkannya.

“Jenis sapi yang laku di pasar lokal dan kota besar berbeda . Permintaan yang berasal dari lingkup Gunungkidul dan Yogkakarta sedikit lebih banyak sapi berjenis sapi putih atau Peranakan Ongole (PO). Sementara yang laris di luar kota dominan sapi merah/cokelat atau jenis Simental dan Limosin,” papar Eko.

Diakui, sapi yang terjual di kota besar harganya sedikit lebih tinggi jika dibanding yang laku di pasar lokal. Selisihnya mencapai Rp.3 jutaan untuk tiap ekor. Namun demikian, dalam satu rit sekali berangkat, operasionalnya mencapai Rp4 jutaan. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar