WONOSARI, (KH)— Perkembangan wisata di Kabupaten Gunungkidul saat ini berkembang cukup pesat, hal ini tidak terlepas dari peran semua pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan pariwisata di Kabupaten paling luas di DIY ini.
Peningkatan pariwisata ini tentunya sangat berdampak positif bagi peningkatan perekonomian warga dan pembangunan di Gunungkidul. Dengan meningkatnya kunjungan pariwisata Gunungkidul, masyarakat yang dulu mengandalkan sektor pertanian dalam pemenuhan perekonomian mulai mengembangkan pendapatan dari sektor lain diantaranya berdagang makanan khas, souvenir, mulai dari tempat wisata maupun di sepanjang ruas jalan menuju destinasi wisata. Selain itu ada juga yang bergerak di sektor jasa seperti pemandu wisata, persewaan payung dan tikar di pantai, jasa parkir dan lain-lain.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata Gunungkidul jumlah wisatawan di Kabupaten Gunungkidul terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 sebanyak 999 ribu orang meningkat menjadi 1,3 juta orang pada 2013, termasuk 1.707 wisatawan mancanegara. Kemudian di tahun 2014, tren jumlah wisatawan meningkat menjadi 1,95 juta orang termasuk diantaranya wisatawan mancanegara sebanyak 3.060 orang. Sedangkan 3 besar destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah pantai Baron dengan jumlah wisatawan 7,39 juta orang, pantai diwilayah Tepus sebanyak 221 ribu orang dan yang ketiga adalah Goa Pindul dengan total wisatawan sebanyak 127 ribu orang.
Dari data ini menunjukkan bahwa pantai Baron masih menjadi tujuan utama wisatawan, disusul dengan destinasi wisata pantai baru seperti Pok Tunggal, Ngobaran, Jungwok dan pantai lainnya.
Dengan tren peningkatan wisatawan dan perkembangan destinasi wisata di Gunungkidul, tidak menutup kemungkinan jumlah wisatwan akan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini tentunya membawa konsekuensi pada persoalan lain seperti kemacetan, sampah, parkir dan penyediaan layanan publik yang lainnya sebagai penunjang pariwisata. Dimana perkembangan dan kemajuan serta tantangan dan persoalan tersebut menjadi tanggung jawab Pemkab Gunungkidul disamping dukungan dari masyarakat.
Menurut Jaringan Aktivis Gunungkidul (JAG), pembangunan sektor wisata masih menyisakan tanda tanya bagi kalangan masyarakat Gunungkidul, seperti apa dan bagaimana arah kebijakannya. Hal ini diungkapkan salah satu anggota JAG, Himawan Kurniadi, Selasa, (14/2/2017).
“Kurangnya pelibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan di sektor wisata menyebabkan terabaikannya kepentingan masyarakat dalam pengembangan dan pembangunan pariwisata di Gunungkidul,” terangnya.
Ditambah lagi masih minimnya informasi tentang rencana pengembangan dan pembangunan pariwisata yang sedang dikembangkan oleh Pemkab Gunungkidul, menimbulkan tanda tanya bagi masyarakat tentang arah pembangunan pariwisata Gunungkidul.
Berdasarkan pada kenyataan tersebut maka Jaringan Masyarakat Sipil atau aktivis di Gunungkidul akan menyelenggarakan Diskusi bertajuk “Menakar Kebijakan Pariwisata di Gunungkidul” pada Jum’at, (17/2/2017) di sekretariat Rumah Belajar Rakyat (RBR), Siraman, Wonosari, Gunungkidul.
Sebagaimana diketahui, peningkatan wisatawan begitu berdampak pada peningkatan pendapatan daerah dari sektor wisata, hal ini terlihat dari dokumen APBD selama 5 tahun terakhir.
Retribusi tempat rekreasi dan olah raga di Kab. Gunungkidul
Tahun | 2012 | 2013 | 2014 | 2015 | 2016 |
Jumlah | 2.325.688.000 | 4.304.947.900 | 7.242.821.100 | 14.641.838.900 | 22.231.029.500 |
Dari data diatas menunjukkan bahwa peningkatan kunjungan berdampak pada peningkatan pendapatan daerah dari sektor wisata yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Untuk itu sangat diperlukan arah pembangunan pariwisata yang mengakomodir kepentingan masyarakat. Dalam diskusi akan dihadiri perwakilan Pemkab Gunungkidul dan Wahana Lingkungan Hidup Yogyakarta. (Kandar)