Haryo Ambar: Menularkan Keberhasilan Kalpataru

oleh -523 Dilihat
oleh
PATUK, kabarhandayani.– Stigma masyarakat menganggap bahwa Gunungkidul adalah wilayah yang didominasi pegunungan kapur yang minim akan air. Sebagian wilayah berstruktur tanah kapur dan karst sehingga air menjadi masalah pelik tersendiri bagi masyarakat. Mayoritas warga hanya bergantung pada air hujan. Pasalnya, sumur resapan menjadi minim air di musim kemarau.
Dengan alasan itu, R. Haryo Ambar Suwardi, SH, MSi yang pada tahun 2012 menjabat sebagai camat Ponjong  melakukan berbagai kegiatan di antaranya pengalihan mata pencaharian penambang karst ke bidang usaha peternakan dan perikanan, pengelolaan distribusi air minum perdesaan, pengelolaan sampah, penghijauan telaga, pelestarian habitat kera ekor panjang, pencanangan desa wisata kuliner, pembuatan hutan rakyat dan desa, gerakan sekolah hijau, taman kota, hingga mengantarkannya meraih Kalpataru kategori pembina lingkungan tingkat nasional tahun 2012.
”Saya memperoleh kalpataru ketika saya masih menjabat sebagai camat Pojong. Niatnya adalah untuk menjaga lingkungan sebagai bentuk ibadah, tidak berharap akan mendapat apresiasi yang sangat luar biasa,” ungkapnya saat ditemui di kantor kecamatan Patuk pada Kamis (26/6/2014). 
Pria kelahiran 6 Februari 1963 ini yang saat ini menjabat camat Patuk menjelaskan, kegiatannya tersebut dimulai sejak tahun 2002. Rasa empatinya muncul ketika sering berinteraksi dengan masyarakat lapisan bawah dan melihat serta mendengarkan keluhan masyarakat. “Gunungkidul ini dikenal dengan wilayah langka air. Tidak bisa dipungkiri, sebagian wilayah memang menjadi pemandangan yang biasa ketika orang-orang mengantri jatah air sejak pagi buta hanya untuk mendapatkan air dan timbullah angan-agan saya untuk memiliki wilayah hijau,” jelasnya.
Gebrakan pria yang saat ini beralamat di Desa Siti Mulyo Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul ini tidak tanggung-tanggung. Pada tahun 2003 dia menginstruksikan secara tegas kepada bawahannya baik tingkat desa sampai tingkat kecamatan untuk tidak merokok di sembarang tempat. Meskipun menuai protes, hal tersebut tidak menyurutkan niatnya dan direspon positif oleh Bupati Gunungkidul Yoetikno hingga Program Pojok Rokok yang ia rintis pun diimplementasikan dalam Peraturan Bupati Nomor 22/2009 tentang Kawasan Larangan Merokok.
Langkah inovasinya itu tidak berhenti setelah meraih kalpataru, berlanjut hingga saat ini, semua program yang berhasil ia galakkan di Ponjong ia bawa ke Patuk untuk mensejahterakan masyarakat Patuk. “Patuk merupakan pintu gerbang wisatawan untuk masuk ke wilayah Gunungkidul. Patuk pun sebenarnya mempunyai sumber daya alam dan sumber daya manusia yang luar biasa. Semoga berjalan lancar dengan semangat dari warga masyarakat,” harapnya. (Mutiya/Hfs)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar