Musim kemarau yang tidak kunjung berakhir, membuat dirinya harus membeli air yang diantar dengan tanki untuk dipergunakan untuk menyiram tanaman tembakau di ladangnya. Padahal, dalam sepekan, ia perlu membeli air sebanyak dua kali. Satu kali pembelian, empat buah tanki, berisi 5.000 liter air.
“Kalau dihitung-hitung, total pengeluaran dan hasil yang didapatkan tidak sebanding. Bahkan kali ini hasil daun yang berhasil dipanen, tidak begitu bagus, memang keterbatasan air menjadi kendala utamanya,” jelasnya.
Sementara itu, secara terpisah, salah satu petani tembakau di Dusun Kembang, Desa Sumberejo, Semin, yakni Warsono justru memilih tidak menanam tembakau pada saat ini, karena musim kemarau mengharuskan dirinya bekerja lebih keras.
“Harus menutup satu per satu tanaman dengan daun jati agar tidak kepanasan. Saya memilih menanam palawija,” ungkapnya (Maria Dwi Anjani)