GIRISUBO, (KH),– Dropping air di Kapanewon Girisubo, Gunungkidul telah dilakukan sejak Akhir Juli lalu. Hal tersebut disampaikan Panewu Girisubo, Agus Riyanto, Senin (24/8/2020). Menurutnya, tingkat kesulitan pemenuhan air bersih bagi wilayahnya cukup serius.
“Hampir semua kalurahan sudah menyampaikan permohonan air bersih ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Sebelumnya dropping air dari kapanewon lebih dulu dilakukan,” kata Agus.
Dirinya merinci, setidaknya ada 11.675 jiwa dari 3.311 Kepala Keluarga (KK) terdampak kekeringan. Pihaknya terus berkoordinasi dengan jajaran BPBD guna pelaksanaan dropping berdasar skala prioritas.
Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edy Basuki mengungkapkan, semua sumber air yang menopang kebutuhan air warga telah mengering. Pun demikian dengan bak Penampungan Air Hujan (PAH) milik warga, semua cadangan airnya sudah habis.
“Tak hanya Girisubo, 7 kapanewon lain yang mengajukan permohonan dropping air diantaranya; Ngawen, Panggang, Purwosari, Semanu, Rongkop, Ponjong, dan Tanjungsari,” kata Edy Basuki.
Tepus, Paliyan, dan Saptosari, imbuh Edy juga memiliki risiko kekeringan. Hanya saja hingga saat ini belum melakukan pengajuan permohonan dropping air.
Edy menyebut, BPBD Gunungkidul menyiapkan anggaran Rp 740 juta untuk penanganan kekeringan tahun ini. Dengan dana yang lebih banyak akan terserap ke operasional tersebut setidaknya akan mampu disalurkan sekitar 2.000 air tangki.
“Sebagian besar dana akan dialokasikan untuk keperluan operasional, seperti BBM truk tangki, tenaga, daln lain-lain,” tukas Edy. (Kandar)