Girisubo dan Semin Jadi Lokasi Pengembangan Padi Beras Merah Inpari 24

oleh -
Gerakan tanam padi beras merah Inpari 24. (dok. DPP Gunungkidul)

SEMIN, (KH),– Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan pengembangan padi khusus beras merah Inpari 24. Pengembangan dilakukan melalui pemberian benih sekaligus gerakan penanaman yang menyasar dua kapanewon, Girisubo dan Semin.

Kasi Produksi Tanaman Pangan Pelaksana Pengembangan padi khusus DPKP DIY, HK Adinoto menyampaikan, total padi khusus di Gunungkidul berupa pengembangan beras merah Inpari 24 mencapai seluas 137 Hektar.

“Rinciannya 75 hektar di Girisubo dan 62 hektar di Semin. Bantuan benuh yang disalurkan mencapai 25 kg per hektar. Selain itu juga diberikan bantuan pupuk NPK sebanyak 100 kg tiap hektar,” kata HK Adinoto.

“Semua bantuan telah diterima para petani. Untuk wilayah Girisubo telah dilaksanakan Gerakan Tanam di Kelompok Tani (Poktan) Margo Mulya, Pucung, Girisubo seluas 5 hektar di bulak Gupak Warak, Wota Wati pada Jumat akhir bulan lalu. Lokasi Gerakan Tanam tersebut mewakili gerakan bersama penanaman untuk Kapanewon Girisubo,” terang HK Adinoto saat melakukan Gerakan Tanam di Poktan Ngudi Rahayu, Dusun Kalangan, Kalurahan Kalitekuk, Kapanewon Semin, Selasa (27/10/2020).

Pihaknya berharap padi beras merah nanti dapat mengisi kekosongan kebutuhan produk Kuliner, baik di Hotel dan Restoran atau tempat wisata. “Harga beras merah lebih tinggi dari beras putih,” imbuh Adinoto mengungkap kelebihan beras merah.

Kasi Produksi Lahan dan Air Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DI Yogyakarta, Anita, SP., MP., berterima kasih atas terselenggaranya Gerakan Tanam Padi Khusus pada musim hujan di Gunungkidul kali ini. Ia berharap nanti petani dapat panen dengan hasil yang baik.

“Varietas Inpari 24 yang dikembangkan memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dari varietas lokal padi Segreng, rasa nasi juga lebih pulen,” jelas Anita.

Dirinya mengingatkan bahwa berdasar ramalan BMKG, akan terjadi anomali iklim Lanina pada 4 bulan kedepan. Petani dimohon mengantisipasi dampak curah hujan tinggi lebih dari 40% dari kondisi normal.

Dalam kesempatan yang sama, Peneliti BPTP Balitbangtan DIY, Dr Arif memberikan rekomendasi agar para petani memberikan perlakuan khusus untuk padi varietas khusus ini sehingga nanti berhasil panen dengan hasil melimpah.

“Perlakuan khusus tersebut diantaranya antara lain dengan penambahan pupuk organik yang sepadan. Petani agar memanfaatkan sisa limbah pertanian seperti jerami sebagai tambahan pupuk organik, tentunya setelah dilakukan fermentasi dengan bantuan decomposer seperti EM4 atau yang lainnya,” papar Dr Arif.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul mengapresiasi semangat para petani yang telah melaksanakan gerakan tanam. Berdasar pemantauan pihaknya menyaksikan sebagian besar lahan di zona selatan telah menghijau oleh pertananam padi palawija yang telah tumbuh.

Pihaknya mengimbau di petani zona utara yang belum mengolah lahan agar secepatnya segera memulai penanaman.

“Kondisi stok pupuk di Gunungkidul saat ini sangat mencukupi, terlebih dengan adanya alokasi yang telah ditambah dari pusat. Oleh karena itu para petani yang belum menebus pupuk bersubsidi di luar lokasi padi khusus agar segera menebus. Sedangkan untuk lokasi penanaman padi khusus, meski telah diberi jatah 100 kg NPK per hektar masih perlu penambahan pupuk organik,” tukas Bambang. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar