SEMANU,(KH).– Berbagai cara dilakukan warga masyarakat demi memenuhi kebutuhan hidup manusia. Salah satunya menjadi wirausaha apapun yang penting halal, melakoni usaha dan tidak melanggar peraturan hukum.
Seperti Budi (34), wirausaha muda asal Ngeposari Semanu ini yang menggeluti sebagai seorang penjual buruh puyuh afkiran. Ia jeli menangkap peluang berjualan puyuh afkiran, hanya terdapat beberapa penjual puyuh afkir di Gunungkidul.
“Pernah menjadi peternak puyuh. Namun kondisi peternak puyuh saat itu sedang ambruk, jadi saya putuskan untuk putar arah menjadi seorang penjual puyuh,” katanya, Minggu (02/10/14).
Budi menjelaskan lebih lanjut kepada KH, jika resiko beternak puyuh lebih tinggi daripada menjadi seorang penjual gemak afkiran. Saat ini keberadaan petani puyuh memang menurun, pasca bangkrutnya ratusan peternak puyuh tahun 2013 silam.
“Untuk saat ini, mencari puyuh hanya di sekitaran Gunungkidul saja. Kebetulan ada beberapa langganan yang rutin memelihara puyuh,” katanya.
Untuk puyuh yang dibeli dari petani, Budi memasarkannya ke Yogyakarta, ke para pengusaha warung makan lesehan yang berada di sana. Budi sendiri membeli puyuh dari peternak seharga 2.500 – 3.000 rupiah per ekor.
Dalam waktu seminggu, Budi rata-rata mengirimkan 500 – 700 ekor puyuh yang sudah dipotong dan dibersihkan. “Kesulitannya pada saat memotong, karena masih secara manual jadi membutuhkan waktu lama,” ujarnya.
Dari hasil usaha yang dikembangkan Budi hampir 5 tahun, kini Budi tidak lagi menggunakan sepeda motor untuk mencari dagangan atau menjual ke para pengusaha warung lesehan. Dengan mobil pick up, kini ia dapat memuat dagangan lebih banyak daripada sebelumnya.
“Bersyukur karena rejeki dari hasil usaha ini dapat dibelikan sebuah mobil. Banyak pelanggan puyuh di Yogyakarta yang makin ramai membuat puyuh yang harus dibawa juga bertambah,” pungkasnya. (Surya/Bara).