WONOSARI, kabarhandayani.– Kejadian kesurupan atau dalam dunia medis disebut Dissociative Trance Disorder (DTD) yang akhir-akhir ini sering terjadi di masyarakat, selalu dikaitkan dengan dunia mistis. Namun, bila dilihat dari dunia medis kejadian kesurupan dapat dipelajari dan diatasi secara ilmiah.
dr. Martha Handoko, M.Kes, Kepala Seksi Bina Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul menjelaskan bahwa DTD berkaitan dengan kondisi psikologis seseorang. Kondisi psikis seseorang yang labil dapat dengan mudah tersugesti dan terhalusinasi oleh sesuatu hal. “Kalau orang awam menyebutkan karena faktor mistis yang tidak kasat mata, tapi dalam dunia medis sebenarnya bisa diketahui penyebabnya secara ilmiah,” ujar dr. Martha.
“Sebagai manusia, kami juga mengakui adanya makhluk Tuhan yang tidak kasat mata, tapi kami sebagai pelaku medis tidak bisa berbicara di ranah itu. Biarlah orang-orang di bidangnya yang menyatakan hal itu. Dalam dunia medis hal itu dipengaruhi oleh faktor kondisi psikologis seseorang,” jelas dr. Martha, Jumat (20/6/2014).
Beberapa gejala yang biasanya menyerang orang kesurupan di antaranya bertindak lepas kontrol dan berbeda dari biasanya, hilang kesadaran akan sekitarnya dan tidak sadar dirinya sendiri, sulit membedakan kenyataan atau fantasi pada waktu yang sama, perubahan nada suara, susah berkonsentrasi, dan kadang-kadang hilang ingatan.
Terkait dengan peristiwa kesurupan massal yang melanda beberapa siswa, dr. Martha menuturkan, hal itu dapat dipengaruhi oleh faktor sugesti dan DTD bukanlah termasuk penyakit yang menular serta tidak bersifat permanen. Siswa yang kondisi psikologisnya telah percaya dengan hal-hal mistis dengan mudah dapat ikut-ikutan mengalami DTD. Untuk menghilangkan budaya pemikiran faktor mistis menurutnya membutuhkan pembelajaran kesehatan yang terencana kepada masyarakat.
“Pembelajaran pada masyarakat ini tidak mudah, harus pelan-pelan. Masyarakat kan kepercayaannya sudah kuat. Tapi untuk lapisan masyarakat muda yang pendidikannya sudah tinggi, mungkin akan lebih mudah sehingga pelan-pelan paradigma itu akan bisa bergeser. Mungkin dengan seminar kesehatan dengan nara sumber ahli nantinya masyarakat lebih bisa mempelajari faktor penyebab dan penanggulangannya,” ucapnya.
dr. Martha juga menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan menghindari DTD adalah dengan melepaskan halusinasi serta sugesti terhadap hal-hal yang irrasional. Selain itu ia menyarankan agar lebih banyak berpikir positif dan ilmiah, serta melakukan aktifitas positif. (Maryanto/Hfs)