GUNUNGKIDUL, (KH),– Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, menyoroti penanganan kasus keracunan massal yang terjadi di beberapa wilayah Kabupaten Gunungkidul. Selain kasus yang menimpa 695 siswa pada Selasa (28/10/2025), pihaknya juga menerima laporan kejadian serupa di wilayah Kapanewon Ponjong pada hari yang sama.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Gunungkidul, di wilayah Ponjong terdapat 121 siswa yang mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG). Menanggapi hal ini, tim kesehatan langsung diterjunkan ke lapangan untuk melakukan investigasi dengan mengambil sampel makanan dan air di SPPG Sumbergiri, Ponjong.
“Sampel sudah diambil dan dikirim untuk uji laboratorium. Hasilnya baru dapat diketahui sekitar 10 hari ke depan,” ujar Endah.
Bupati Endah menyampaikan bahwa kondisi para siswa yang sempat mengalami gejala keracunan kini telah membaik. Sebagian besar siswa yang sebelumnya dirawat di rumah sakit sudah diperbolehkan pulang karena kondisi mereka stabil.
Meski demikian, ia menyoroti perbedaan penanganan antara SPPG Sumbergiri di Ponjong dan SPPG Planjan di Saptosari. Ia mempertanyakan mengapa SPPG di Ponjong belum ditutup sementara, padahal kasus keracunan juga terjadi di sana.
“Yang di Saptosari itu, pada hari Rabu langsung ditutup oleh Badan Gizi Nasional (BGN). Apakah karena kasus di Sumbergiri, Ponjong ini tidak terekspos media, maka tidak dilakukan penutupan? Itu yang kami pertanyakan,” tegasnya.
Harapan Adanya Perlakuan yang Adil dari BGN
Endah menjelaskan bahwa berdasarkan hasil rapat koordinasi sebelumnya, setiap kali terjadi kejadian luar biasa (KLB) di SPPG, maka BGN wajib menutup operasional SPPG tersebut selama dua minggu untuk keperluan evaluasi. Namun, hal ini belum dilakukan di Sumbergiri, Ponjong.
“Kalau dalam rakor kemarin, jika ada kasus keracunan maka BGN menutup operasional SPPG selama dua minggu. Ini (di Ponjong) belum dilakukan,” tandasnya.
Ia berharap agar BGN dapat memperlakukan semua SPPG secara adil dan transparan. Menurutnya, langkah penutupan sementara penting dilakukan sebagai bentuk evaluasi dan upaya pencegahan agar kasus serupa tidak terulang.
Bupati Endah menambahkan bahwa pihaknya telah menggelar rapat koordinasi (rakor) pada Jumat lalu bersama jajaran Kapanewon, kepala SPPG se-Gunungkidul, Dinas Kesehatan, Kodim 0730 Gunungkidul, dan pihak terkait lainnya. Dalam rapat tersebut disepakati akan diadakan koordinasi rutin satu bulan sekali untuk memastikan pelaksanaan program MBG berjalan sesuai prosedur dan aman bagi peserta didik.
“Kami ingin ada evaluasi menyeluruh agar pelaksanaan program ini tidak menimbulkan risiko kesehatan di kemudian hari,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, mengungkapkan bahwa penyebab keracunan di wilayah Ponjong diduga berasal dari kesalahan dalam proses penyimpanan makanan yang tidak sesuai prosedur.
“Analisis sementara menunjukkan bahwa makanan masih dalam kondisi panas kemudian langsung ditutup. Proses pendinginan yang tidak tepat menyebabkan bakteri tumbuh di dalam wadah makan atau ompreng yang digunakan siswa,” jelas Ismono.
Ia menambahkan bahwa suhu lembap dan wadah tertutup mempercepat proses fermentasi makanan. Kombinasi antara nasi, lauk, sayur, dan protein dalam satu wadah menciptakan kondisi ideal bagi bakteri berkembang.
“Ketika makanan tersebut dikonsumsi oleh anak-anak, bakteri langsung memicu gejala mual, muntah, dan diare,” tandasnya.
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul berkomitmen untuk terus memperkuat pengawasan terhadap penyelenggaraan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di seluruh sekolah. Melalui kolaborasi lintas instansi, diharapkan standar kebersihan dan keamanan pangan dapat diterapkan dengan ketat guna mencegah kasus keracunan massal terulang kembali di wilayah Gunungkidul.






