Autis: Ayo Kenali dan Peduli

oleh -5503 Dilihat
oleh
Autisme bukanlah bahan untuk lelucon. Dok: liputan6.com
Autisme bukanlah bahan untuk lelucon. Dok: liputan6.com

Dalam bidang kesehatan, bulan April dikenal sebagai bulan kepedulian terhadap autisme. Apa sesungguhnya yang disebut autis atau autisme? Ada banyak yang salah-kaprah mengerti tentang autis, sehingga masih ada banyak yang membuat autis atau autisme sebagai bahan lelucon dan olok-olok.  Lelucon dan olok-olok itu sesungguhnya tidaklah membantu meringankan beban penyandang dan keluarganya.

Istilah autis mungkin sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia, namun masih banyak yang belum mengetahui apa itu autis yang sebenarnya. Autism Spectrum Disorder (ASD) atau yang lebih dikenal dengan istilah autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus yang seharusnya mendapatkan pendampingan dari kita semua. Gejala autis ini sebenarnya dapat dilihat sejak usia anak menginjak 2 tahun. Rendahnya pemahaman orang tua terhadap gejala autis yang muncul pada anak dapat berakibat terlambatnya pemberian pertolongan.

Berbicara mengenai jumlah anak penyandang autisme, di Indonesia memang belum memiliki data yang lengkap berkatian dengan jumlah anak autis, tetapi Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa jumlah anak autis cukup tinggi. Pada tahun 2013 Badan Pusat Statistik menyatakan  jumlah anak usia 5 hingga 19 tahun di Indonesia mencapai angka 66.000.805 jiwa dan diperkirakan terdapat lebih dari 112 ribu anak penyandang autisme. Sementara itu, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan mencatat, bahwa selama 2013 terdapat sekitar 15 persen dari 6.600 merupakan anak autis dengan rata-rata usia 3 tahun.

Ayo Kenali Autis 

Autis merupakan gangguan perkembangan (prevansif) yang muncul pada anak sebelum usia 3 tahun. Gejala awal yang mungkin muncul pada bayi adalah tidak menyukai sentuhan dari orangtua, tidak adanya respon terhadap kehadiran orangtua dan sering melakukan kebiasaan-kebiasan lain yang tidak dilakukan oleh bayi normal pada umumnya. Penjelasan mengenai apa itu autis ini bisa dijelaskan melalui kriteria medis yang digunakan sebagai panduan pendefinisian autis menggunakan DSM IV ( Diagnostic Statistical Manual edisi ke empat) yang dikembangkan oleh APA (American Psychiatric Association). Definisi gangguan autistik menurut DSM IV adalah sebagai berikut:

  • Autis merupakan gangguan perkembangan dalam interaksi sosial dan komunikasi yang nyata membatasi aktivitas dan ketertarikan. Manifestasi tingkatan gangguan tergantung pada tingkat perkembangan dan usia kronologikan (usia yang dihitung sejak kelahiran) individu. Menurunnya sebagian besar kemampuan berinteraksi timbal balik dan berkelanjutan. Hal ini mungkin ditandai menurunnya penggunaan beberapa perilaku non-verbal, seperti kontak mata, ekspresi wajah, gestur tubuh dan gerakan dalam interaksi sosial dan komunikasi. Autis juga memiliki gangguan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
  • Pada anak autis dengan usia yang lebih kecil mungkin hanya memiliki sedikit atau tidak tertarik dalam persahabatan. Sedangkan pada anak yang lebih tua mungkin memilik kepentingan dalam persahabatan tapi tidak memahami peraturan atau norma yang diterima secara umum dalam interaksi bersama teman. Perhatikan ketika anak kurang mampu melakukan hubungan timbal balik secara sosial atau emosional misalnya, tidak aktif dalam permainan sosial sederhana, dan lebih memilih kegiatan sendiri. Gejala lain yang mungkin muncul adalah kemampuan komunikasi baik verbal maupun nonverbal mengalami penurunan, mungkin ada keterlambatan atau kekurangan dalam komunikasi bahasa lisan. Pada anak yang sudah mampu berbicara, mungkin ditandai dengan berkurangnya kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain, seperti mengucapakan suara yang tidak memiliki arti, berulang-ulang atau penggunaan bahasa yang aneh.
  • Anak-anak dengan autis cederung tidak mudah untuk melakukan imitasi atau menirukan permainan sederhana, mungkin sebagian anak autis dapat melakukannya tetapi hanya sebatas gerakan tubuh tidak memahami peraturan permainan atau kehadiran teman dalam permainan. Selain itu gerakan tangan seperti bertepuk tangan, menjentikkan jari atau memukul-mukul bagian tubuh dengan berulang-ulang. Bisa juga gerakan tubuh seperti bergoyang-goyang, jalan modar-mandir atau melompat-lompat, semua gerakan berulang-ulang merupakan gerakan steriotipe yang mungkin muncul pada anak autis. Beberapa anak autis akan terganggu ketika kegiatan rutin yang biasa dilakukan mengalami perubahan, anak akan merasa bingung dan marah.

Beberapa gejala diatas akan muncul sebelum usia 3 tahun sehingga orangtua harus memahami apa itu autis dan memberikan perhatian terhadap pola perkembangan anak agar gejala sedini mungkin dapat terditeksi.

Penyebab Autis

Setelah mengetahui apa itu autis berdasarkan pengertian dan gejala awalnya, maka Anda bisa mendalami mengenai penyebab autis. Penyebab autis memang tidak bisa dipastikan dengan hanya satu alasan saja, ada banyak hal yang bisa menjadi faktornya. Salah satunya seperti, gangguan pada neurobiologis susunan syaraf pusat (otak). Biasanya gangguan ini terjadi dalam tiga bulan pertama masa kehamilan, terdapat pertumbuhan sel-sel otak yang tidak sempurna di beberapa tempat.

Penyebab lain bisa karena virus, seperti toxoplasmosiscytomegalorubela dan herpes yang ditularkan ibu kepada janin. Bisa juga ibu mengonsumsi atau menghirup zat yang sangat polutif sehingga meracuni janin atau bisa juga karena faktor genetik. Semua penyebab ini sampai sekarang masih terus diteliti secara cermat.

Terapi Autis yang Bisa Membantu

Pertanyaan yang sering muncul dari orangtua yang memiliki anak autis selain apa itu autis adalah apakah autis ini dapat disembuhkan? Autisme merupakan gangguan perkembangan, gejala yang paling nampak pada gangguan kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan perilaku. Walaupun gangguan perkembangan ini bersifat menetap tetapi gejalanya dapat dihilangkan atau dikurangi, sampai tidak dapat dibedakan antara anak non-autis dengan anak autis.

Salah satu cara untuk menghilangkan atau mengurangi gejalanya dapat dilakukan dengan terapi modifikasi perilaku atau yang lebih dikenal dengan metode Applied Behavioral Analysis (ABA). Metode terapi ini dapat dilakukan orangtua dirumah sebagai intervensi dini. Yayasan Autis Indonesia (YAI) mengembangkan metode ini menjadi metode Lovaas yang banyak diterapkan ditempat-tempat terapi.

Metode ini didasarkan pada teori Operant Conditioning yang dipelopori oleh Skinner seorang behavioris dari Amerika, yang berfokus pada pengendalian perilaku melalui imbalan (reinforcement)dan hukuman (punishment). Penggunaan metode ini didasarkan pada pemecahan tugas-tugas yang bertahap dari yang paling sederhana sampai pada tugas kompleks. Orangtua dan terapis bekerja sebagai sebuah tim untuk menciptakan suasana belajar yang terstruktur dan konsisten.

Dalam buku “Anak Autis: Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat”karya Mirzan Maulana memberikan sedikit gambaran tentang pola teknik Lovaas yang menggunakan urutan A-B-C. A atau Antecedent (pra-kejadian/ penyebab) adalah pemberian intruksi, misal: pertanyaan, perintah atau kontak visual. Berikan waktu 3 hingga 5 detik untuk anak memberikan respon. Dalam memberikan intruksi, perhatikan bahwa anak dalam keadaan siap, memperhatikan, duduk dengan tenang. Suara dan intruksi yang diberikan harus jelas dan intruksi tidak diulang-ulang. Untuk pertama gunakan satu kata perintah, B atau Behaviour (perilaku) adalah respon anak setelah diberi antecedent. Respon yang diharapkan adalah respon yang sesuai dengan intruksi yang diberikan dan anak merespon dalam rentang waktu 3 detik. Mengapa harus demikian, karena ini normal dan dapat meningkatkan perhatian. C atau consequence (konsekuensi atau akibat). Konsekuensi yang diberikan harus seketika jika perilaku sesuai maka diberikan reinforcer (pendorong atau penguat) sedangkan kalau salah ucapkan “TIDAK”.

Orang Tua Berperan Vital dalam Penyembuhan Autis

Tidak sedikit orangtua yang merasa sedih dengan keadaan yang dialami oleh anak, tetapi menjadi orangtua bagi anak yang istimewa membutuhkan usaha dan perjuangan yang istimewa. Setelah mengetahui mengenai apa itu autis diharapkan para orangtua memupuk sikap mencintai dan menerima. Rasa cinta akan mengalahkan apapun yang dihadapi orangtua dalam merawat anak istimewa ini. Jangan membandingkan anak dengan anak lain, menerima mereka beserta kelebihan dan kekurangannya adalah hal terbaik serta memudahkan anak untuk berkembang. Berusaha untuk mempelajari dunia anak akan memudahkan orangtua dalam merawat anak dengan keistimewaan tertentu.

Anak sebagai Anugerah. Anak adalah titipan Tuhan, dan Tuhan telah menunjuk kita sebagai orangtua yang diberi anugerah anak spesial, maka kita harus memberikan perhatian spesial kepadanya termasuk pendidikan dan keistimewaan dalam mengurusnya. Mulailah mencari sebanyak mungkin informasi tentang anak autis, karena anak autis memiliki kerusakan di bagian otak, maka anak autis sangat rentan dengan alergi makanan dan akan berpengaruh pada perubahan mood. Pencarian informasi akan membantu orangtua untuk lebih mudah dalam mendidik dan mencari bantuan untuk menolong anak agar mampu berkembang lebih baik. Masuk pada komunitas orangtua anak autis. Dari komunitas ini orangtua akan mendapatkan banyak dukungan dan motivasi dari orangtua lain yang juga memiliki anak autis. Selain itu orangtua akan mendapatkan banyak informasi mengenai penelitian dan teknologi terbaru yang dapat membantu anak autis. Bermula dari memahami apa itu autis, ini saatnya kita menumbuhkan rasa peduli terhadap anak-anak berkebutuhan khusus yang sangat memerlukan pendampingan dari kita semua.

 

**

Referensi: Ratri Pratiwi, halopsikolog.com

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar