Asal Usul Nama Industri Kerajinan dan Sanggar Kendang “Upil Dewo” Semanu

oleh -1744 Dilihat
oleh
Arintoko, pendiri sanggar sekaligus pengrajin Kendang "Upil Dewo". KH/ W. Joko.
Arintoko, pendiri sanggar sekaligus pengrajin Kendang “Upil Dewo”. KH/ W. Joko.

SEMANU, (KH),– Nama ‘Upil Dewo’ bagi insan seni di Gunungkidul sudah tidak asing lagi, karena dengan mendengarnya, fikiran lang pengsung tertuju pada pengrajin kendang yang sudah terkenal di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul.

Kenyataannya, nama Upil Dewo tidak hanya digunakan untuk nama pusat indusatri kerajinan kendang saja, tetapi digunakan juga untuk nama group rampak kendang campursari yang dimaikan oleh anak-anak,  nama kelompok kethoprak serta nama wadah privat atau pelatihan kendang.

Sejarah nama Upil Dewo bisa dibilang unik, karena nama tersebut muncul pertama kali dari ucapan seorang  tukang tambal ban di pinggir jalan di wilayah Kecamatan Semanu. Nama pemilik brand Upil Dewo, Arintoko, menceritakan panjang lebar asal usul nama tersebut dipilih saat ditemui di rumahnya, Desa Munggi, Semanu, Gunungkidul beberapa waktu lalu.

Muncul nama Upil Dewo pertama kali tahun 1998. Ketika itu Arintoko  mempunyai mobil tua mini cap L100 tahun 80-an yang sering bocor bannya. Karena sering bocor, maka tukang tambal ban membukanya, teryata setelah dibuka banyak ditemukan kerak dalam ban tersebut.

Kemudian, secara spontan tukang tambal ban berceloteh, “enek upil dewone”, (ada upil dewanya), kata tukang tambal ban mengandung maksud, karena begitu banyak ndan besarnya kerak-kerak yang berada di dalam ban.

Kemudian dari situ Arintoko berfikir dalam benaknya, apakah lewat sebutan tersebut menjadi jalan dan kelancarkan rezekinya. Kemudian tidak berselang lama mobil tua itu dicat dengan nama Upil Dewo.

Seiring berjalannya waktu nama Upil Dewo digunakan sebagai nama group campursari dan kethoprak lantas mulai tahun 2003 digunakan untuk nama pusat industry rumahan atau kerajinan kendang. Saat ini kendang buatan Upil Dewo cukup terkenal di wilayah Gunungkidul. Bahkan masyarakat diluar Gunungkidul tidak sedikit yang mengagumi kendang buatan Upil Dewo.

Selain membuat, Arintoko juga memulai mengajarkan bagaimana memainkan kendang kepada anak-anak. Dimulai dari tahun 2004, Upil Dewo sudah menelurkan ratusan siswa yang sudah menjadi pengendang handal dan mahir.

Upil Dewo membuka sanggar atau pelatihan kendang bagi masyarkat umum, dari kelompok usia anak TK hingga dewasa. Akan tetapi peminat pelatihan kendang kebanyakan dari kalangan pelajar, dari  jenjang TK hingga SMA.

Dengan ketekunan dan keuletan yang diajarkan Arintoko, jebolan siswa Upil Dewo sering pentas dibanyak tempat. Pentas di wilayah lokal Gunungkidul bahkan ada yang pentas sampai ke luar negeri. Diantaranya juga tampil masuk di media televisi.

Tidak terasa nama Upil Dewo yang awalnya keluar dari mulut seorang tukang tambal ban, sekarang menjadi tenar dan besar. Mampu mencetak generasi muda berkreasi dibidang seni. “Sampai sekarang tukang tambal ban itu belum tahu bahwa celetukannya waktu itu saya pakai sampai sekarang,” kata pemilik sanggar Upil Dewo beberapa waktu yang lalu.

Sambil sesekali menghisap rokok, Arintoko melanjutkan cerita, hal yang unik lainnya, semua kegiatan yang dijalankan Arintoko, baik ilmu memainkan kendang, main kethoprak, maupun  menjadi pengrajin kendang tidak pernah sekalipun ia belajar dari seseorang. Kepiawaiannya mengalir begitu saja seiring naluri seni yang ada pada diri Arintoko.

“Saya tidak pernah berguru kepada siapapun, semua secara otodidak. Saya sendiri juga heran, seperti sudah ada yang menuntun,” kata lelaki tamatan STM ini.

Ia berharap, apa yang sudah dilakukan selama ini dapat berkontribusi dalam melestarikan dan mengembangkan seni di Gunungkidul. Pemkab Gunungkidul dapat lebih memberi perhatian, sehingga mendukung segala bentuk program pariwisata yang di dengung-dengungkan selama ini. Seni budaya bisa menjadi salah satu penyanggah pariwisata Gunungkidul.  (W. Joko)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar