Di atas Dusun Kedungpoh Lor membentang pegunungan, yang masih satu alur dengan Pegunungan Batur Agung Utara. Warga Kedungpoh menyebut daerah di sekitar sana itu dengan Gunung Mangol dan Gunung Pandanwangi. Saat KH mendaki ke atas gunung diantarkan Dukuh Gowang, KH menyaksikan memang benar kawasan ini adalah daerah tangkapan air hujan (catchment area). Wilayah Gunung Mangol dan Gunung Pandanwangi berperan menyokong keberlangsungan sumber-sumber mata air di bawahnya. Mayoritas tanaman yang berada di wilayah itu berjenis pohon keras Akasia. “Di tahun 90-an, lokasi ini adalah lokasi pertanian dan rumput perdu. Dulu, mata air di bawah sana masih sangat deras mengalir,” kenang Dukuh Gowang. “Dan semenjak pohon Akasia ini semakin besar, debit air di sumber sumber-sumber di bawah semakin kecil. Tapi ya harus gimana lagi. Saat Akasia ini berbunga, saat itulah lebah-lebah mengerumuni, dan produksi madu kami bisa meningkat,” Dukuh Gowang bingung dalam dilema.
Menyadari kenyataan dilematis itu, Dukuh Gowang berfikir bagaimana agar budidaya madu di Kedungpoh Lor tetap bisa terus berkembang, tetapi di sisi lain masalah air juga bisa teratasi. Ada beberapa program kerja yang telah dilakukan Dukuh Gowang bersama warganya. Selain kerja memperbanyak penanaman bunga Santos Temon untuk konsumsi lebah, Dukuh Gowang beserta para warga melakukan penanaman pohon konservasi. Siapapun tamu atau orang dari luar Kedungpoh Lor yang mempunyai kepentingan berada di wilayah Dusun Kedungpoh Lor, entah itu studi banding madu, kegiatan KKN, atau yang lain, diharuskan menanam pohon konservasi.
“Saya yang bingung itu di daerah atas, Mas. Warga menanam Akasia itu punya dua tujuan. Di samping memanfaatkan kayunya, bunganya juga untuk makanan lebah. Dulu kami juga tidak tahu jika pohon Akasia ini menghabiskan air,” ujar Dukuh Gowang masih dalam kebingungan. “Terus bagaimana cara memahamkan warga, karena tanah bagian atas itu adalah tanah pribadi?” Dukuh Gowang bertanya pada dirinya sendiri.
![Penyetekan Tanaman Konservasi di Kedungpoh Lor.[Foto:Padmo] Penyetekan Tanaman Konservasi di Kedungpoh Lor.[Foto:Padmo]](https://i0.wp.com/kabarhandayani.com/wp-content/uploads/2020/08/IMG-20200818-WA0049.jpg?resize=800%2C450&ssl=1)
Dari pertemuan di “Kampung Madu” Kedungpoh Lor yang singkat itu, KH mempelajari bahwa wilayah Kedungpoh Lor memberikan dua gambaran penting, utamanya berhubungan dengan usaha-usaha budidaya tanaman bernilai ekonomi dan konservasi. Usaha penanaman pohon Di Kedungpoh Lor memiliki dua fungsi, pertama sebagai budi daya tanaman bernilai ekonomi (madu), kedua sebagai usaha konservasi lahan dan air. Justru pekerjaan rumah yang terasa berat adalah bagaimana merubah mindset masyarakat umum tentang fungsi tanaman konservasi dan tanaman bernilai ekonomi, serta bagaimana mensinergikan keduanya.
[KH/Edi Padmo]






