GUNUNGKIDUL, kabarhandayani— Gunungkidul yang berupa dataran tinggi memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan daerah di sekitarnya. Beberapa fenomena alam yang terjadi di daerah yang jauh dari DIY, dampak atau tanda tandanya akan lebih dirasakan oleh daerah Gunungkidul daripada di daerah lainnya di DIY.
Dari dua wilayah di Kabupaten Gunungkidul, yaitu Kecamatan Nglipar dan Kecamatan Paliyan, beberapa tanda fenomena alam dialami oleh beberapa penduduk. Dalam satu hari ini, Jumat (12/9/2014), di sebagian Kecamatan Paliyan, masyarakat mendengar beberapa kali suara dentuman yang di antaranya dapat membuat kaca jendela ikut bergetar.
Ngatiyo (48), warga Desa Giring Kecamatan Paliyan, mengaku mendengar suara dentuman dan merasakan getaran yang terjadi selama satu hari ini. “Saya kira musim hujan yang akan tiba. Namun, tadi siang setelah saya keluar rumah, tidak nampak mendung,” katanya, Jumat (12/09/2014).
“Ini seperti saat detik-detik meletusnya Gunung Kelud, bahkan kilat yang menyertai erupsi Gunung Kelud, nampak jelas dari belakang rumah,” imbuhnya.
“Anak saya yang sedang kuliah di Jogja, mengaku tidak mendengar suara dentuman. Namun, setelah ia sampai di Gunungkidul, ia mendengar dengan jelas suara dentuman tersebut,”
Berjarak 4 km ke arah barat dari rumah Surtini, dari Dusun Sriten, Pilangrejo, Nglipar, Gunungkidul juga terdengar suara serupa. Paiman, warga yang posisi rumahnya lebih tinggi dari Dusun Ngangkruk menyatakan bahwa suara gemuruh terdengar sangat jelas, bahkan beberapa kali sempat menggetarkan kaca jendela rumahnya.
“Saya yakin bahwa suara gemuruh itu berasal dari Gunung Slamet. Karena sumber suaranya berasal dari barat laut,” ujar paiman.
Berbeda dengan Paiman, sekelompok lansia menyanggah pendapat tersebut. Marjo (66), warga yang akhir-akhir ini sedang giat-giatnya mencangkul untuk persiapan musim labuhan (MH 1) menyatakan bahwa suara gemuruh seperti itu pertanda agar masyarakat mempersiapkan diri untuk musim tanam pertama.
“Itu suara guntur yang menandai akan tiba mongso kapat (perhitungan musim ala orang Jawa), berarti sekitar dua minggu lagi kita sudah harus menanam padi gogo (lahan kering). Jadi salah jika itu berasal dari letusan Gunung Slamet,” sangkal Marjo.
Pantauan KH dari beberapa media, aktivitas vulkanik Gunung Slamet terus meningkat. Pada Jumat (12-9-2014) pukul 12.44 WIB tejadi letusan dengan dentuman kuat, kemudian pukul 13.35 Wib kembali terjadi letusan dengan dentuman kuat dan tertutup kabut.
Melansir hasil pengamatan PVMBG Badan Geologi, pada pukul 00.00 – 06.00 WIB terekam 5 kali gempa letusan dan 124 kali gempa hembusan. Sedangkan pada pukul 06.00 – 12.00 WIB terjadi 3 kali letusan abu warna kehitaman tinggi 800 – 1.000 m, dan 7 kali suara dentuman kuat. Dari kegempaan terjadi 7 kali gempa letusan, dan 104 kali gempa hembusan.
Sementara informasi dari BNPB menyatakan, untuk mengantisipasi potensi erupsi, Pemprov Jateng dan 5 kabupaten (Pemalang, Banyumas, Brebes, Tegal, dan Purbalingga) telah siap menghadapi kemungkinan terburuk. Kepala BNPB, Syamsul Maarif, telah memerintahkan jajaran di BPBD mendampingi penuh PemProv Jateng. BPBD Pemalang, BPBD Banyumas, BPBD Brebes, BPBD Tegal dan BPBD Purbalingga selalu berkoordinasi dengan Pos PGA Slamet di Dusun Gambuhan.
Sosialisasi terus dilakukan kepada masyarakat. BPBD Kabupaten Brebes sudah menyediakan tempat evakuasi di Ponpes Al-Hikmah II Dusun Benda Kecamatan Silampok. BPBD Kabupaten Purbalingga telah mendirikan Pos Pemantauan di 3 desa, yaitu di Desa Cendana, Desa Binangun dan Desa Blambangan. BPBD Jawa Tengah telah membagikan 56.000 masker kelima kabupaten pada 8-9-2014.
BPBD Kabupaten Brebes telah berkoordinasi dengan 50 pemilik dan sopir truk serta mobil bak terbuka di 4 desa yang terdekat dengan Gunung Slamet, yaitu Desa Pandansari, Igir Klanceng, dan Kalikidang, Kec Paguyangan, dan Desa Dawuhan, Kec Sirampog yang jika diperlukan evakuasi sewaktu-waktu, mereka siap.
“Jika status Gunung Slamet dinaikkan menjadi Awas, maka 23.699 warga dari 7 desa yang berada di Kec Pulosari berjarak sekitar 5-6 kilometer dari puncak akan dievakuasi ke GOR PTPN IX Kebun Semugih, Kec Moga. Masyarakat dihimbau tetap tenang”. Demikian himbauan Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.
Pantauan KH dari rilis yang dikeluarkan Kepala Badan Geologi Kementerrian ESDM Dr. Surono, menginformasikan sebagai berikut:
Siaga Gunung Slamet tanggal 12 September 2014 jam 12.00 18.00 WIB. Visual : Cuaca terang angin tenang, Gunung Slamet terhalang kabut. Saat cerah, teramati 5 x letusan abu putih tebal kecoklatan, tinggi 500 – 1000 m dari puncak; condong ke Barat. Terdengar 21 x suara Dentuman dan 7 x suara gemuruh sedang – kuat.
Kegempaan: – 80 x Gempa letusan; – 35 X Gempa Hembusan.
Kesimpulan: Aktivitas Gunung Slamet saat ini berupa hembusan asap. letusan yang ditengarai dengan suara dentuman dan gemutuh sedang hingga kuat, letusan (tipe strombolian berupa lontaran material/lava pijar) abu tebal kecoklatan dengan tinggi asap maksimum hingga 1500 m dari puncak.
Lontaran material pijar tersebar di sekitar puncak dalam radius KURANG DARI 4 KM DARI PUNCAK. Abu vulkanik bisa tersebar jauh bergantung arah dan kecepatan angin. Oleh karena itu status Gunung Slamet tetap SIAGA. Agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 4 km dari puncak. Di luar radius tersebut, masyarakat agar tetap tenang, tidak panik/takut dengan suara suara letusan/dentuman dan lontaran material pijar, lakukan aktivitas seperti biasa. (Bill, Atmaja, Bara/Tty) Foto:Pehtem.com