Melihat Pentas Wayang Beber, Warisan Seni Eksentrik Di Gunungkidul

oleh -26209 Dilihat
oleh
Pertunjukan Wayang Beber Remeng Mangun Jaya di Padukuhan Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo. KH/ Kandar.

Pengiring musik atau wiyaga Wayang Beber tidak banyak, hanya berjumlah 8 orang saja sudah termasuk dalang dan sinden. Namun tidak jarang dibutuhkan pembantu dalang, serta tambahan sinden. Istilah “beber” berasal dari bahasa Jawa ambeber, yang berarti menggelar atau membeber atau membentangkan.

Di Gunungkidul, Wayang Beber disimpan di rumah Rubiyem, warga Padukuhan Gelaran II, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo. Ia merupakan keturunan generasi ke-14 pemegang atau pemilik Wayang Beber. Wisto Utomo, anak Rubiyem menyebutkan, perkiraan usia wayang antara 350 hingga 400 tahun.

Awal kehadirannya di Gunungkidul, Wayang Beber dengan lakon Remeng Mangunjaya dibawa oleh Pangeran Kajoran yang kemudian diselamatkan oleh Ki Cremoguno. Sebelumnya wayang beber tersebut milik Keraton Kasunanan Surakarta. Kurun waktu 1740-1743 diprediksi menjadi awal mula kehadirannya di Gunungkidul.

“Saat terjadi Geger Pecinan Sunan dan benda-benda pusaka diselamatkan, termasuk wayang beber. Ada yang terbawa ke Jawa Timur ada yang ke Gunungkidul,” tutur Wisto.

Wisto menjelaskan, wujud wayang beber adalah berupa gambar atau lukisan pada lembaran yang terbuat dari kulit tanaman. Ada kayu penggulung di kedua ujung kain atau kertas bergambar. Gulungan disimpan dalam sebuah kotak kayu disebut ampok. Seorang dalang membentangkan gulungan bergambar wayang (jagong) dan menceritakan lakon-lakon wayang dengan ilustrasi gambar tersebut.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar