Wabah Antraks Diduga Sebabkan Kematian 20 Ekor Sapi di Gunungkidul, Beberapa Warga Terpapar

oleh -942 Dilihat
oleh
antraks
Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulalndari.

GUNUNGKIDUL, (KH) – Dalam dua bulan terakhir, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul mencatat adanya kematian mendadak pada 20 ekor sapi yang tersebar di Kalurahan Bohol, Kapanewon Rongkop, dan Kalurahan Tileng, Kapanewon Girisubo. Diduga, kematian tersebut disebabkan oleh penyakit antraks.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, menjelaskan bahwa pihaknya menerima laporan terkait kematian ternak sejak Februari hingga Maret lalu. Ternak yang mati menunjukkan gejala mirip dengan penyakit antraks, sehingga sampel dari beberapa ternak yang mati diambil untuk diuji di laboratorium.

“Kami lakukan pengambilan sampel untuk diuji laboratorium, memang tidak semua, hanya beberapa yang diambil sampel,” ujar Wibawanti, Selasa, (8/4/2025).

Namun, petugas kesulitan untuk mengambil sampel dari bangkai sapi yang mati karena hampir semua ternak yang ditemukan mati langsung disembelih oleh pemilik dan dijual ke pedagang.

“Hampir semua (ternak mati) dijual oleh pemiliknya ke pedagang,” tambahnya.

Pihak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan telah melakukan penanganan di lapangan, terutama di wilayah zona merah dan kuning. Pemberian antibiotik telah dilakukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Selain itu, vaksinasi untuk kawasan tersebut direncanakan akan dilakukan pekan depan.

Edukasi kepada masyarakat tentang bahaya penyakit antraks dan pentingnya tidak menjual ternak yang mati terus dilakukan. Hal ini sangat penting mengingat adanya kasus penularan penyakit antraks pada manusia.

“Iya ada (manusia tertular antraks). Namun demikian itu merupakan ranah Dinas Kesehatan,” tegas Wibawanti.

Manusia Tertular, Dinas Kesehatan Tindak Lanjuti

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Ismono, mengungkapkan bahwa beberapa warga di Kalurahan Bohol dan Tileng diduga terpapar penyakit antraks. Hasil penelusuran menunjukkan adanya kasus penularan kepada manusia, dengan sejumlah warga di Kapanewon Rongkop dan Girisubo yang mengalami luka lesi di kulit, ciri-ciri khas penyakit antraks.

“Kami mendapatkan informasi sejauh ini memang ada penularan terhadap manusia. Ada kasus terkonfirmasi 3 orang dan ada laporan kasus suspek antraks 2 orang,” kata Ismono.

Dinas Kesehatan telah melakukan tindakan epidemiologi dengan melakukan screening pada populasi berisiko serta pemeriksaan spesimen pada suspek yang menunjukkan gejala. Selain itu, pemantauan terus dilakukan untuk mengawasi kondisi setiap individu yang terpapar. Dalam masa inkubasi penyakit yang berlangsung hingga 60 hari, jika ada dua kasus baru, pemantauan obat dan profilaksis untuk mencegah penyebaran lebih lanjut akan terus dilakukan.

“Mereka sudah menjalani pemeriksaan di puskesmas masing-masing,” jelas Ismono.

Pihak berwenang terus bekerja untuk memastikan penanganan yang cepat dan tepat guna mengendalikan wabah ini serta melindungi kesehatan masyarakat Gunungkidul. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar