Untung Petani Berlipat Dengan Terapkan Sistem Tanam Turiman Jale

oleh -3836 Dilihat
oleh
Lahan penanaman jagung dan kedelai sistem tanam turiman jale. (dok. DPP Gunungkidul)

SEMANU, (KH),– Kelompok Tani Karya Dewasa, Semuluh Lor, Kalurahan Ngeposari, Kapanewon Semanu memanen jagung dan kedelai dalam satu lahan sekaligus, Jum’at, (19/6/2020) lalu. Tanaman jagung dan kedelai dalam satu lahan yang dipanen merupakan percontohan sistem tanam Tumpangsari Tanaman Jagung dan Kedele (Turiman Jale).

PPL Desa Semanu, Heni Fahmiati, SP., melaporkan, luas demplot Turiman Jale mencapai 2500 meter persegi ditanami jagung hibrida dan kedelai Grobogan. Cara penanaman jagung hibrida dihitung setara jagung monokultur namun diatur jarak tanamnya sehingga ada lajur/lorong untuk pertanaman kedelai.

“Hasil ubinan kedelai didapat 1 ton/hekar wose, sedang jagung diperkirakan mencapai 6,7 ton/hektar pipil kering,” jelas Heni.

Kasi Programa Penyuluhan Dinas Pertanian dan Pangan (DPP), Budiyono, SST., menjelaskan bahwa di Kapanewon Semanu ada 6 titik lokasi demplot Turiman Jale yang didanai program PIWK. Salah satunya di Semuluh, Ngeposari, Semanu.

Menurutnya, pola tanam tumpangsari di Gunungkidul sebenarnya sudah biasa, namun yang perlu dibenahi adalah tata tanam dalam lorong-lorong yang beraturan sehingga produksi tanaman bisa optimal.

“Hasil demplot di Semuluh dapat menjadi sarana belajar para petani untuk pengembangan Turiman Jale di masyarakat sekitar,” kata pelaksana kegiatan demplot dari DPP ini.

Kepala DPP Gunungkidul, Ir.Bambang Wisnu Broto berharap pola Turiman Jale dapat berkembang di masyarakat karena memberikan pendapatan yang lebih jika dibanding melakukan penanaman secara monokultur.

Apabila petani menanam jagung secara monokultur hanya akan memperoleh pendapatan dari hasil menjual jagung saja sebesar Rp 22.780.000,-. Jumlah tersebut merupakan prediksi potensi hasil dari panen tiap hektar lahan sebanyak 6,7 ton jagung pipil dengan harga jagung Rp 3.400,- per kg.

“Namun dengan tambahan kedelai dalam tumpangsari akan mendapatkan tambahan Rp 8.000.000,- dari hasil 1 ton kedelai wose jika tiap kilogramnya dihargai Rp 8.000,-. Sehingga dengn pola tanam Turiman Jale, total pendapatan petani dari jagung, kedelai dan tebon jagung menjadi sekitar Rp 34.000.000,- per hektarnya,” jelas Bambang.

Selain itu pola Turiman Jale akan mendongkrak luas tanam kedelai untuk wilayah se kabupaten apabila petani mau menerapkannya.

Lebih jauh disampaikan, saat ini petani kedelai se Gunungkidul telah berhasil panen pada lahan seluas 3.104 hektar pada musim tanam kedua. Diperkirakan produksi kedelai dengan produktifitas rata rata 1,2 ton per hektar dicapai produksi musim tanam kedua sebesar 3.724 ton kedelai wose. Jika dihitung dengan panen kedelai musim pertama mencapai 617 ton wose. Maka sampai dengan subround 2 didapat hasil produksi kedelai total kumulatif 4.341 ton. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar