Ngadino menjelaskan, sebagian warga menganggap air gentong Kyai Suba bukan air biasa. Air tersebut membawa keberkahan dan nasib baik dikemudian waktu.
Sebagaimana harapan Wondo, warga Pengkol ini berharap keluarganya senantiasa mendapat perlindungan, keberkahan serta selalu dalam keadaan sehat wal afiat. “Semoga sehat selalu, rezeki lancar,” ujar Wondo singkat.
RM Kukuh Hertriasning mengapresiasi semangat warga Pengkol melestrikan adat tradisi leluhur. “Warga sama-sama satu ikatan dalam kosmologi budaya dan spiritual dalam konteks kirab dan jamasan. Tradisi ini juga tak lain merupakan ungkapan puji dan syukur,” terang dia.
Kirab, jelas RM Kukuh Hertriasning, melambangkan doa dan harapan agar berkah pusaka atau ‘pegangan’ yang diwariskan leluhur supaya menyebar baik di lingkup kalurahan maupun wilayah yang lebih luas.
Dirinya berharap warga selalu bersemangat melestarikan berbagai bentuk ragam adat tradisi dan budaya. Sebab, ragam budaya tersebut menunjukkan jati diri yang harus terus dijaga dan dipupuk.
“Semoga hubungan antar manusia, manusia dengan alam serta manusia dengan Tuhan senantiasa harmoni. Warga dimudahkan segala urusan di dunia dijauhkan dari segala musibah, serta senantiasa hidup dalam ketentraman,” tukas RM Kukuh Hertriasning.
Sementara itu, budayawan asal Karangmojo, Sutrisna Wibawa saat hadir mengajak warga agar pelaksanaan adat tradisi dan budaya menjadi semangat atau spirit hidup bersama. Lelaki yang tahun ini maju sebagai calon bupati Gunungkidul ini mendukung bentuk-bentuk peninggalan leluhur, baik seni budaya dan sistem sosial masyarakat, serta peninggalan yang berwujud kebendaan untuk terus dijaga.
Dirinya ingin ritual adat tradisi tidak dikait-kaitkan dengan keyakinan keagamaan. “Kirab dilestarikan, sebab ada motivasi hidup bersama, gotong-royong sehingga mengantarkan warga satu dan lainnya menuju cita-cita bersama,” kata rektor UNY ini. (Kandar)