PALIYAN, (KH)— Ketika ribuan rumah tangga miskin di Gunungkidul saat ini bisa terbantu bebannya dengan bantuan dana Program Simpanan Kelurga Sejahtera (PSKS), justru Reso Semi (75) warga Padukuhan Banjaran, Desa Karangasem, Paliyan terpaksa mengelus dada.
Simbah yang tinggal sebatang kara di rumah mungil berdinding bambu ukuran kira-kira 4,5 m x 3 m tersebut luput dari daftar penerima PSKS. Dirinya hanya bisa pasrah, meski dalam hatinya berontak karena justru ada rumah tangga yang lebih mampu malah mendapat bantuan.
Ketika ditemui di rumahnya, Kamis, (16/4/2015), Reso mengaku belum pernah memperoleh bantuan dari pemerintah dari kompensasi kenaikan harga BBM, mulai dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) hingga kini yang diberi nama PSKS.
Nenek yang pekerjaannya menggarap ladangnya dengan luasnya tidak seberapa ini kadang-kadang mengandalkan pemberian tetangga yang berderma untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari.
“Jual hasil tegalan tidak seberapa, kadang-kadang diberi tetangga,” ujarnya.
Sepengetahuan Reso, banyak keluarga di sekitarnya yang mestinya masuk kategori mapan dalam hal ekonomi, seperti mempunyai sepeda motor, punya ternak sapi atau penghasilan yang cukup, namun tetap mendapat bantuan PSKS. Batuan pemerintah yang selama ini ia andalkan adalah jatah beras raskin.
Reso mengaku, ia selalu berusaha hidup bermasyarakat seperti layaknya keluarga yang lain. Ikut kerja bakti, gotong-royong, membayar iuran RT, dan lainnya, meski kadang ada pengecualian besaran iuran khusus dirinya. Ketika bertanya kepada RT maupun Dukuh, jawaban ketidakpastian selalu diterimanya.
“Disini selain saya masih ada yang lain, Pak RT dan Dukuh tidak berwenang, daftarnya dari atas,” tutur Reso menirukan penjelasan yang diberikan kepadanya. (Kandar)