“Hasil kajian akan dimanfaatkan untuk bahan mitigasi bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tiap daerah,” kata dia.
Adapun prosesnya saat ini dalam tahap finalisasi. Diantaranya berisi terkait perkiraan berapa menit datangnya tsunami pasca gempa hingga ketinggiannya.
“Secara teori gempa megathrust sewaktu-waktu bisa memicu munculnya tsunami. Kami menghimbau pemerintah daerah bersiap-siap dengan mitigasi yang matang. Diantaranya disiapkan jalur evakuasi dengan tanda dan rambu yang jelas,” imbau dia
Selain itu, Dwikorita juga menghimbau pemerintah daerah perlu menyiapkan tempat evakuasi yang aman dari tsunami. Lokasi evakuasi perlu mempertimbangkan jaraknya dari permukiman penduduk agar mudah diakses.
Pihaknya lebih jauh menjelaskan, patahan lempeng tektonik yang bisa memicu gempa megathrust berjarak sekitar 200 meter dari lepas pantai selatan Jawa.
Ditanya mengenai adanya potensi tsunami, Bupati Gunungkidul, Sunaryanta menilai, upaya mitigasi di wilayahnya cukup matang. Ia mengklaim fasilitas dan sarana pendukung mitigasi bencana cukup siap.
“Gunungkidul jelas berpotensi terdampak. Karena tidak bisa dideteksi kapan dan di mana titiknya secara spesifik maka warga harus tetap waspada,” pinta Sunaryanta.
Salah satu kewaspadaan yang dapat dilakukan warga yakni dengan rutin mengakses informasi dari pihak resmi yang berwenang menyampaikan informasi dan peringatan dini tsunami, yakni BMKG
Sementara itu, merespon keresahan masyarakat terkait adanya informasi potensi tsunami, BMKG pada 5 Juni 2021 mengeluarkan siaran pers. Berikut isi siaran pers yang diakses KH pada 30/9/2021:
Siaran Pers
Merespon kekhawatiran masyarakat terkait informasi potensi terjadinya gempabumi dengan kekuatan 8,7 yang diikuti tsunami setinggi 29 meter di sepanjang pesisir pantai selatan Jawa Timur yang dilansir oleh beberapa media online, maka bersama ini kami sampaikan tanggapan sebagai berikut.
(Kandar)