Terjadi Pandemi, Angka Penduduk Miskin di Gunungkidul Naik

oleh -1669 Dilihat
oleh
ilustrasi Foto : google

WONOSARI, (KH),– Data dari Badan Pusat Statistik Gunungkidul tahun 2020, angka kemiskinan di Gunungkidul mengalami kenaikan. Kepala Badan Pusat Statistik Gunungkidul Rintang Awan Eltribakti Umbas menyatakan, ada ribuan warga Gunungkidul yang statusnya turun di bawah garis kemiskinan. Hal ini disampaikamnya kepada media Senin (4/1/2021).

“Data di tahun 2019 lalu angka kemiskinan ada pada kisaran 16,61%. Kemudian pada tahun 2020 naik menjadi 17,07%,” ujarnya

“Pendataan kami mulai pada bulan  Maret, bersamaan dengan maraknya pandemi Covid 19 melanda Indonesia,” papar Eltri.

Dalam keterangannya, Eltri menyatakan, penambahan angka kemiskinan didominasi oleh sektor informal. “Pedagang dan sopir kendaraan umum menjadi salah satu contoh penambahan angka kemiskinan di Gunungkkdul,” ujarnya.

Menurut  Eltri, pada masa awal awal Pandemi, sektor profesi informal masyarakat mendapat pukulan kemunduran ekonomi yang paling berat, sehingga sektor ini menjadi yang paling terpengaruh.

“Seandainya kami mendata setelah bulan Maret, tentu sektor pelaku Perusahaan atau pabrik akan menambah data angka kemiskinan, karena  setelah bulan Maret, sektor sektor ini perputaran ekonominya  mulai terpengaruh Pandemi,” sambungnya

Eltri menambahkan, data angka ini diambil dari model sampling. “Data ini diambil dari 830 kepala keluarga di Gunungkidul. Dari 830 KK tersebut yang dijadikan sampel, 17,07%-nya berkategori miskin,” jelas dia.

“Dari jumlah keseluruhan itu,  jika dibandingkan jumlah penduduk di Gunungkidul sebanyak 675,38 ribu jiwa, dapat disimpulkan terdapat 4.530 jiwa yang berada di garis kemiskinan,” lanjutnya.

Menurut Eltri, sampel pendataan dari BPS mengacu kepada kebutuhan dasar rumah tangga baik pangan maupun bukan pangan. Standar BPS secara nasional menempatkan bahwa kebutuhan kalori manusia per harinya tidak boleh kurang dari 2.200 kkal per hari. Seandainya kurang dari itu sudah dikatakan miskin. Untuk faktor non pangan seperti pemenuhan pendidikan, kesehatan, papan, dan juga rekreasi dihitung.

“Seandainya faktor-faktor tidak terpenuhi ya secara pendataan kami itu tidak masuk, masih pada garis kemiskinan,” tandasnya.

Eltri menambahkan bahwa hal tersebut berdasar karena kebutuhan pangan dan non pangan penduduk di Gunungkidul berbeda.

“Hal inilah yang kadang menjadi catatan Pemkab Gunungkidul, karena angka kemiskinan kami punya standar yang harus dipenuhi,” pungkas Eltri. [Edi Padmo]

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar