Dua Bulan Sebelum Meninggal di Kapal Nelayan Taiwan, TKI Asal Gunungkidul Sempat Kirim Uang

oleh -219939 Dilihat
oleh
Rumah duka keluarga Sunakip di Kapanewon Panggang. (KH/ Edi Padmo)

PANGGANG,(KH),— Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Padukuhan Temuireng II, Kalurahan Girisuko, Kapanewon Panggang, Gunungkidul, Sunakip Setiawan (21) dikabarkan meninggal dunia di tempat kerja di sebuah kapal nelayan asal Taiwan. Kabar duka meninggalnya putra ke dua dari pasangan Bani (52) dan Wagiyah (50) ini diterima keluarga, Senin (4/1/2021).

Bani mengatakan, putranya sudah 1,5 tahun bekerja di kapal nelayan. “Kami tidak ada firasat apapun, pas mau berangkat berlayar, putra kami juga dalam keadaan sehat,” ujar Bani dengan terbata. Sementara istrinya Wagiyah tampak terus menangis dan sulit diajak berkomunikasi.

Selasa (05/01/2021) pagi, saat KH bertandang ke rumah duka, tampak belasan orang turut berbela sungkawa di rumah orang tua Sunakip. Didampingi tetangga dan sanak saudara, Bani dan Wagiyah duduk di rumah bagian dalam. Mata mereka tampak sembab karena menangis.

Bani yang belum lama ini sembuh dari stroke, dengan terbata-bata mencoba menyambut para tamu yang mengucapkan bela sungkawa.

Sunakip disebut-sebut sebagai harapan dari keluarga petani ini. Orang tuanya sebelumnya telah banting tulang untuk membiayai sekolah Sunakip. Saat Bani memderita sakit, Wagiyah harus kerja keras bertani untuk membiayai Sunakip agar mampu lulus dari SMK Pelayaran Tanjungsari.

“Alhamdulillah, setelah Sunakip lulus sekolah, dia bisa diterima bekerja di Taiwan, tapi Gusti Allah berkehendak lain,” ucap Bani sembari menahan kesedihan mendalam.

“Kondisi anak saya sehat pas mau berangkat, tidak ada banyak pesan, cuma ngasih tau sama orang tua agar tidak boros,” lanjutnya.

Dua bulan lalu Sunakip masih sempat berkirim uang dan berkabar ke keluarganya. Sunakip berpesan agar orang tuanya tidak mengkhawatirkannya.

“Besok sebelum puasa, saya pulang,” ujar Bani menirukan kata-kata Putranya.

Paklik Sunakip, Wajito (41), bercerita bahwa sosok pemuda Sunakip ini punya kemauan keras untuk bekerja membantu orang tuanya.

“Saya masih ingat betul bagaimana tekad Sunakip untuk berlayar, bahkan sembari menunggu pengumuman keberangkatan pada 2019 lalu, Sunakip bekerja sebagai buruh bangunan,” tuturnya.

Wajito juga bercerita, sejak SMP Sunakip sudah bercita-cita untuk bekerja di luar negeri. “Saat diterima di SMK Pelayaran, Sunakip sangat tekun sekolah, dia sangat ingin membantu Orang Tuannya,” ucap Wajito.

Dari cerita keluarganya, didapat keterangan bahwa Sunakip, kalau berlayar di laut sekitar 6 sampai 8 bulan. Terakhir, dua bulan lalu Sunakip memberi uang keluarganya untuk merenovasi rumah.

“Sunakip berpesan agar keluarganya tidak mengkhawatirkan Sunakip. Dia dalam kondisi baik-baik saja,” ucap Wajito

Sosok Sunakip, bagi keluarganya merupakan sosok yang pendiam. Sunakip berangkat ke Taiwan pada tahun 2019 lalu bersama dua temannya yang sama-sama merupakan warga Girisuko.

“Saat ini, harapan terbesar kami, agar Jenazah Sunakip bisa dibawa pulang,” ujar Wajito.

Pada kesempatan yang sama, Lurah Girisuko, Jamil mengatakan, pihaknya saat ini terus intens berkomunikasi dengan lembaga penyalur Sunakip. “Saat ini jenazah Sunakip tengah diotopsi untuk mengetahui penyebab kematiannya,” ujar Jamil

“Lembaga penyalur tenaga kerja rencananya hari ini mau ke rumah duka,” tukas Jamil. [Edi Padmo]

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar