Teknologi Pemanenan Air Tingkatkan Indek Penanaman Padi

oleh -3743 Dilihat
oleh
Wakil Bupati Gunungkidul, DR. Immawan Wahyudi, M.H pada sebuah kegiatan peninjauan cadangan gabah di rumah petani. sumber: DPP Gunungkidul.
Wakil Bupati Gunungkidul, DR. Immawan Wahyudi, M.H pada sebuah kegiatan peninjauan cadangan gabah di rumah petani. sumber: DPP Gunungkidul.

WONOSARI, (KH),– Bedasar data produksi pangan untuk ketersediaan pangan khususnya beras Di Gunungkidul sebenarnya telah mencapai surplus. Capaian tersebut terbukti apabila dihitung dari jumlah produksi dengan jumlah penduduk yang ada.

Hal itu juga bisa dilihat dari kenyataan di lapangan, bahwa di rumah-rumah penduduk tersedia stok pangan terutama gabah. Dalam satu rumah tangga tani bisa menyimpan gabah sampai 20-an karung gabah. Tetapi memang masih diakui, bahwa kondisi ini tidak merata. Hal tersebut sangat dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya kepemilikan lahan dan ketersediaan air.

Kepala Bidang Bina Produksi Dinas Pertanian dan Pangan, Raharjo Yuwono, dari beberapa kunjungan menyebut, persediaan gabah terkadang dapat digunakan sampai ada panen berikutnya. Peningkatan indek penanaman, ungkapnya, menjadi salah satu faktor kondisi surplus atau bertambahnya cadangan gabah petani.

“Tugas Dinas adalah mempertahankan ketersediaan pangan tersebut dengan pembinaan Kelompok Tani (Poktan) antara lain dalam hal pengawalan teknologi, dan ketersediaan benih unggul untuk petani,” kata Raharjo belum lama ini.

Lanjut dia, karena lahan pertanian di Gunungkidul sebagian besar merupakan lahan kering yang tergantung curah hujan, maka perlu teknologi yang menjamin kecukupan air untuk tanaman. Dicontohkan, untuk daerah yang ada sumber air maka dibuatkan dam parit.

“Kemudian optimasi lahan apabila memungkinkan dengan sumur dan  pompa air. Selain itu upaya pemanenan air hujan dengan embung juga dapat dilakukan sebagai sarana pengairan,” imbuhnya.

Menurutnya, hal tersebut diperlukan paling tidak untuk kecukupan air pada musim tanam 2 atau MH2 sehingga bisa panen tanpa gangguan kekeringan air. Dengan demikian daerah-daerah tertentu memungkinkan index pertanaman padinya menjadi bertambah atau IP 2.

“Sebagai persiapan, kegiatan pembangunan sarana prasarana air berupa pembangunan dam parit, sumur, perpipaan dan rehab jaringan irigasi ini tahun 2018 telah diusulkan lewat DAK  pertanian, APBN dan APBD,” tutur Raharjo lagi. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar