“Angka stunting di Gunungkidul tertinggi di DIY. Kami lakukan KIE di Gunungkidul agar angkanya menurun,” kata Plt. Direktur KIE BKKBN, Dr. Dadi Ahmad Roswandi, M.Si, Minggu (4/2/2023).
KIE yang digelar di aula destinasi wisata Water Byur Ponjong diikuti oleh ratusan masyarakat, kader keluarga, Posyandu, tokoh masyarakat serta tokoh agama.
Dalam kesempatan tersebut disampaikan aneka faktor penyebab stunting serta strategi upaya pencegahannya. Pihaknya yakin angka kasusnya di DIY sebanyak 16,4 % akan turun menjadi 14 persen pada 2024 nanti.
Dia mengungkapkan, sejauh ini kerjasama bersama unsur pentahelix telah dilakukan guna mempercepat penurunan stunting. Akademisi, pers, perusahaan melalui program CSR pun telah dilibatkan.
Lebih jauh disampaikan, berdasar audit kasus stunting, tiap daerah memiliki faktor penyebab berbeda. Antara lain diakibatkan oleh pola asuh, gizi, sanitasi, dan lain-lain.
Dalam kesempatan pemaparan materi, Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting BKKBN Perwakilan DIY, Dr Yuni Hastutiningsih menegaskan, bahwa pencegahannya dapat dilakukan sedini mungkin. Bahkan dimulai saat seseorang hendak memasuki usia pernikahan.
“Sejak tumbuh dewasa menjelang menikah harus sudah disiapkan. Lebih-lebih saat hamil, ibu harus memperoleh asupan gizi yang baik dan lengkap. Seperti asupan protein yang bersumber dari daging dan ikan,” tutur Yuni.
Stunting, lanjut dia, berkaitan dengan nutrisi. Baik bagi ibu hamil dan bayinya. Sehingga, seluruh anggota keluarga terutama orang tua punya peran yang sentral agar gizi dan nutrisi keluaraga terpenuhi.
Dalam agenda sosialisasi, Ketua DPRD Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih turut hadir memberikan motivasi agar masyarakat bersedia peduli dan serius terlibat dalam melakukan tindakan pencegahan stunting. Setidaknya dimulai dari keluarga masing-masing.
“Anak yang menginjak usia dewasa harus terus dipantau. Jalinan komunikasi antara orang tua dan anak harus baik. Jangan sampai terjadi pernikahan dini,” imbau Endah.
Sebab, pernikahan dini juga menjadi temuan sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya ‘anak kekurangan gizi’.
“Pernikahan yang dialami pasangan belum siap secara fisik dan mental serta finansial akan berisiko lahirnya anak yang kekurangan gizi. Sehingga pertumbuhan keturunannya nanti bisa terganggu,” tegas dia. (Kandar)